BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi <p>Bhumidevi: journal of Fashion Design, Arts, and Humanities is a peer-reviewed journal, publishing high quality, original research. Please refer to the journal’s aims and scope for information about its focus and peer-reviewed policy.</p> <p>Please note that this journal publishes manuscripts in English and Bahasa Indonesia</p> <p>Jurnal Bhumidevi adalah jurnal yang dikelola oleh program studi Desain Mode di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Jurnal Bhumidevi berfokus pada area Desain Mode, Seni, dan Humaniora. Tulisan pada jurnal ini akan melalui tahapan review oleh mitra bestari. Detail mengenai scope dan aturan penulisan bisa dilihat sub tema berikut ini.</p> <p><a href="https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/Focus">Read more</a></p> <p><strong>Sebelum Submisi</strong></p> <p>Anda harus memastikan bahwa artikel disiapkan menggunakan gaya selingkung/t<em>emplate</em>, telah dikoreksi dan diolah dengan hati-hati, serta sesuai dengan pedoman penulisan <a href="https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/Instruction"><strong><em>(author guidelines)</em></strong></a>. <a href="https://docs.google.com/document/d/15AvwQ4_PoFk38kbxOeULoOJWzF403LB9/edit?usp=sharing&amp;ouid=109778150302819324107&amp;rtpof=true&amp;sd=true"><strong>Cari template artikel</strong></a></p> <p><strong>Prior to submission<br /></strong>You must ensure that the article is prepared using a template style, has been carefully corrected and processed, and is in accordance with<strong><a href="https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/Instruction"> author guidelines</a>. <a href="https://docs.google.com/document/d/15AvwQ4_PoFk38kbxOeULoOJWzF403LB9/edit?usp=sharing&amp;ouid=109778150302819324107&amp;rtpof=true&amp;sd=true">Find article template</a></strong></p> <p> </p> <div><strong>Submisi Online</strong></div> <div>Untuk mempermudah proses registrasi dan unggah artikel silahkan klik <a href="https://drive.google.com/file/d/1cRLGZcAnOVPNlUcqjoQXkLE7oA1eES5q/view?usp=sharing"><strong>Cara Registrasi dan Unggah Artikel</strong></a>.</div> <div>Registrasi dan login diperlukan untuk mengirimkan submisi secara online serta untuk memeriksa status submisi.</div> <div> </div> <div><strong>Online Submission</strong><br />To simplify the registration process and upload articles, please click <a href="https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/management/settings/context/Online%20Submission, To simplify the registration process and upload articles, please click How to Register and Upload Articles Registration and login are required to submit submissions online as well as to check the status of submissions."><strong>How to Register and Upload Articles</strong></a>.<br />Registration and login are required to submit submissions online as well as to check the status of submissions.</div> <p> </p> en-US Sun, 31 Mar 2024 07:51:28 +0000 OJS 3.2.1.4 http://blogs.law.harvard.edu/tech/rss 60 Makecel –Kecelan :Tradisi Siat Yeh Sebagai Ide Dalam Penciptaan Busana https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3551 <p>Tulisan ini mendeskripsikan busana bergaya busana neo medival&nbsp;,casual yang terinspirasi dari sebuah tradisi yang berasa dari Desa Teba,&nbsp;Jimbaran Bali.&nbsp;Tradisi siat yeh ini merupakan sebuah tradisi yang dilaksana kan setiap 1 tahun sekali tepat nya pada saat satu hari setelah hari raya nyepi tepat nya saat ngembak geni yang dimana setiap warga desa Teba,&nbsp;Jimbaran,dimana saat pagi hari para ibu –ibu akan berkumpul di banjar,&nbsp;menuju pura untuk melakukan ngembak tirta&nbsp;,&nbsp;upacara ngembak tirta ini diyakini warga desa Teba sebagai meminta air sebagai ucapan rasa syukur karena warga di desa Teba sudah memulai kehidupan yang baru di tahun baru sehingga harapan di tahun baru ini menjadi tahun yang lebih baik serta rasa syukur atas hasil dari alam yaitu hasil nelayan&nbsp;,&nbsp;petani garam serta petani rumput laut.&nbsp;Ngembak tirta ini memiliki makna dimana kegiatan ini dilakukan sebagai meminta air sebagai 2 sumber air yang ada di seputaran Desa Teba yaitu air payau dan air segara setelah upacara ngembak tirta ini&nbsp;,&nbsp;2 sumber air akan di pertemukan di depan perempatan banjar Teba sebagai tempat berlangsung nya perang air tersebut&nbsp;,&nbsp;kemudia para warga Desa Teba akan berpecah menjadi 2 kubu untuk memulai peperangan alat peprangan yang digunkanadalah sibuh pepeg yang mana alat ini terbuat dari bahan alam yang terbuat datu tempurung kelapa dan bgian batang nya terbuat dari batang pohon daun dadap.&nbsp;Ide dari busana ini nantinya diharpakan dapat menambah referensi kepertustakaan mengenai tradisi siat yeh Jimbaran serta busana ini dapat memperkenalkna tradisi siat yeh dan di kenal masyarakat luas sehingga orang – orang lebih tertarik untuk mengenal dan menjaga tradisi agar tetap berjalan.</p> A.A. Ayu Arista Dwi Cahyani, Anak Agung Ngurah Anom Mayun K. Tenaya, Ni Putu Darmara Pradnya Paramita Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3551 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Baharago Pacu Itiak Tradisi Balapan Itik dalam Joyful Romantic https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3552 <p>Dalam sebuah penciptaan koleksi busana diperlukan sebuah inspirasi yang dapat ditemukan dalam berbagai macam hal.&nbsp; <em>Pacu Itiak</em> atau yang sering disebut dengan balapan itik merupakan sebuah tradisi yang berasal dari masyarakat Minang, Kelurahan Aur Kuning Kabupaten Limapuluh Kota, Kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Tradisi ini pada awalnya digunakan para petani untuk menghalau hama, mengembala itik dan hiburan saat petani beristirahat. Tradisi ini sering digunakan dalam kegiatan maupun acara adat yang memiliki keunikan yaitu beberapa ekor itik diterbangkan ke udara. <em>Pacu Itiak</em> dipilih sebagai ide pemantik dalam penciptaan koleksi busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe</em> dan <em>haute couture</em> dengan menggunakan tren <em>fashion 2023/2024 Joyful Romantic</em> dengan <em>Feminine style</em> dalam bentuk gaya ungkap metafora yang didasari dengan kata kunci yang terpilih. Metode penciptaan yang digunakan adalah metode <em>Frangipani</em>. Koleksi busana ini diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan mengenai <em>Pacu Itiak</em> serta dapat memperkenalkan lebih luas keunikan dari sebuah tradsi yang ada di Indonesia.</p> Anak Agung Dwiyanti Dewi Astana, I Gusti Bagus Priatmaka, Ni Kadek Yuni Diantari Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3552 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Bhumi Tejasuini Analogi Lukisan Pasar Bali Maestro Anak Agung Gede Sobrat Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana Berkolaborasi Dengan Tudisign https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3554 <p>Penciptaan karya fesyen merupakan suatu aktivitas kompleks yang di dalamnya melalui beberapa tahap penciptaan, seperti eksplorasi ide hingga nantinya mempromosikan karya fesyen. Lukisan Pasar Bali, 1955, merupakan salah satu mahakarya dari maestro seni lukis Anak Agung Gede Sobrat yang dapat dijadikan sumber inspirasi dalam pemciptaan karya fesyen. Tujuan dari penulisan artikel ini adalah untuk mewujudkan dan mengetahui proses penciptaan karya busana dengan ide pemantik lukisan Pasar Bali sebagai inspirasi karya busana dengan berkolaborasi dengan Tudisign. Penciptaan karya didukung oleh metode penciptaan busana yang terinspirasi dari tahapan penciptaan <em>Frangipani</em> yang disusun oleh Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana. Lukisan Pasar Bali mengalami transformasi melakui gaya ungkap analogi ke dalam karya busana <em>ready to wear</em>, <em>ready to wear deluxe</em>, dan <em>semi couture</em>, dengan gaya busana <em>exotic edgy.</em> Koleksi busana Bhumi Tejasuini menghasilkan busana <em>ready to wear </em>pria dengan tiga potong busana, yaitu atasan, <em>outer</em>, dan celana; busana <em>ready to wear deluxe</em> wanita dengan tiga potong busana, yaitu <em>dress</em>, <em>outer</em>, dan rok lilit; serta busana <em>semi couture</em> wanita dengan tiga potong busana, yaitu kemeja, <em>dress</em>, dan rok obi. Koleksi busana Bhumi Tejasuini ini diharapkan dapat menambah refrensi kepustakaan dan memperkenalkan salah satu maestro seni lukis nasional, Anak Agung Gede Sobrat, kepada khalayak umum.</p> Anak Agung Istri Sri Adhyrama, I Made Gede Arimbawa, Ni Kadek Yuni Diantari Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3554 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Samsara Manusya: Metafora Patung Brahma Lelare Desa Batuan Kaler Sukawati Dalam Penciptaan Busana Lolita Gothic https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3555 <p>Samsara Manusya merupakan karya busana dengan konsep tema yang terinspirasi dari Patung Brahma Lelare. Desa Batuan Kaler Sukawati Gianyar semakin dikenal pariwisata Bali, sejak berdiri patung bayi besar dengan sebutan Brahma Lelare menjadi pusat perhatian masyarakat Bali maupun mancanegara. Keunikan akan bentuk dan makna patung yang membedakan patung ini dengan patung lainnya yang memiliki daya magis yang sangat luar biasa dan menjadi ikonik kabupaten Gianyar. Implikasi berdirinya Patung Brahma Lelare, dilakukan melalui penciptaan busana dengan sumber ide Eksistensi Patung Brahma Lelare mahakarya I Ketut Sugata tahun 1990. Pada penciptaan karya busana ini diwujudkan dalam koleksi busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe, </em>dan <em>semi couture, </em>yang diimplementasikan dengan gaya ungkap metafora berdasarkan 6 kata kunci terpilih: Bayi, Brahma, Siklus Kehidupan, Blahtanah, Pemujaan, dan Senyuman Kecil yang tercermin dalam siluet, potongan busana, dan aplikasi tekstil yang dihasilkan dari manipulasi kreatif. Keseluruhan proses karya busana “Samsara Manusya” melibatkan tahapan yang sistematis dalam proses desain <em>fashion</em> bertajuk <em>“FRANGIPANI” The Secret steps of Art Fashion</em> (Tahapan-Tahapan Rahasia dari Seni <em>Fashion</em>) oleh Ratna Cora, terdiri dari 10 tahapan untuk mengembangkan ide dari Patung Brahma Lelare dalam penciptaan busana <em>Lolita Gothic</em>. Hasil dari penciptaan busana ini, diharapkan dapat memberikan pemahaman yang lebih mendalam terhadap keberagaman budaya Indonesia, khususnya mengenai keunikan patung Brahma Lelare.</p> Anak Agung Ketut Oka Marta Dammayanti, Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi, Nyoman Dewi Pebryani Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3555 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Busana Pesta Malam Model Godet dengan Sumber Ide Legenda Siren Mermaid https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3556 <p>Busana pesta malam merupakan simbol elegansi dan gaya serta trennya yang selalu berubah dari waktu ke waktu. Model godet adalah teknik pemotongan dan jahitan dengan menambahkan suatu guntingan bahan berbentuk segitiga untuk menambah lebar bawah rok atau menghias bawah rok. Negara Yunani dikenal dengan banyak legenda yang mendunia, salah satunya Siren yang dijadikan sumber ide dalam pembuatan kreasi busana pesta malam. Siren merujuk pada makhluk mitos sosok perempuan setengah ikan dalam cerita-cerita laut yang dikisahkan memiliki kecantikan luar biasa dan suara yang memikat. Artikel ini menggunakan metode perancangan model ADDIE dengan melalui 5 tahapan diantaranya analisis (<em>analysis</em>), desain (<em>design</em>), pengembangan (<em>development</em>), implementasi (<em>implementation</em>), dan <em>evaluasi</em> (evaluation). Adapun tujuan dari artikel ilmiah ini untuk mengetahui proses pembuatan dan hasil jadi busana pesta malam model godet dengan sumber ide tokoh legenda Siren <em>Mermaid</em>.</p> Defi Yuli Subehni, Mila Karmila Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3556 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Swastra Seni Busana : Sebuah Analogi Dari ”Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro Karya Raden Saleh” Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana Berkolaborasi Dengan Pagi Motley Studio https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3557 <p>Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro karya Raden Saleh adalah salah satu karya seni terkenal yang menggambarkan peristiwa sejarah penting di Indonesia pada abad ke-19.&nbsp;Pangeran Diponegoro digambarkan dalam keadaan yang sangat dramatis,&nbsp;dengan tangan terikat dan dipandu oleh tentara Belanda.&nbsp;Lukisan ini mencerminkan semangat perlawanan dan perjuangan bangsa Indonesia melawan penjajah.&nbsp;Penciptaan karya busana Tugas Akhir yang dilatarbelakangi oleh keinginan penulis dalam mengimplementasikan Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoro dengan mewujudkannya kedalam karya busana dengan menggunakan teori pendekatan analogi. Metode yang digunakan dalam penciptaan karya ini adalah sembilan penciptaan Frangipani hasil penciptaan ini diharapkan dapat memperkenalkan Lukisan bersejarah yaitu Lukisan Penangkapan Pangeran Diponegoroa karya Raden Saleh yang di visualisasikan dengan karya busana Tugas Akhir <em>ready to wear, ready to wear deluxe </em>dan<em> semi couture</em>.</p> Dewa Ayu Sinta Dewi, I Wayan Adnyana, Made Tiartini Mudarahayu Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3557 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Mapuput Sulut Api Tradisi Meamuk-Amukan Sebagai Inspirasi Penciptaan Busana Bergaya Classic Elegant https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3558 <p>Tradisi meamuk-amukan merupakan tradisi yang dilakukan di desa Padang Bulia, Sukasada Buleleng menjelang perayaan Nyepi. Tradisi ini dilakukan sebagai simbol manusia dalam melaksanakan nyepi tanpa harus menahan rasa dendam dan amarah. Tradisi meamuk-amukan dilakukan dengan cara melibatkan dua orang dalam perkelahian dengan cara menyemburkan api dari danyuh yang di bakar tersulut api. Tradisi meamuk-amukan mengandung nilai religius dan nilai sosial&nbsp; yang menyangkut&nbsp; aspek-aspek penting dalam kehidupan manusia menjadi inspirasi dalam menciptakan karya tugas akhir dengan proses penciptaan frangipani. Frangipani merupakan tahapan penciptaan karya&nbsp; diterapkan kedalam tiga kategori yaitu busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan Semi couture. Menggunakan penciptaan &nbsp;bergaya classic elegant yang merupakan penggabungan antara kesan klasik namun tetap terlihat elegant. Disimpulkan menjadi karya yang berjudul Mapuput Sulut Api.</p> I Made Novita Ayu Lestari, A.A. Ngurah Anom Mayun K. Tenaya, Ni Kadek Yuni Diantari Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3558 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Analogi Mandra Kandarpa : Tradisi Fang Sheng Sebagai Inspirasi Penciptaan Busana The Soul Searches https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3559 <p>Tradisi Fang Sheng adalah tradisi Tionghoa, keunikan pada tradisi fang sheng ini terdapat pada prosesi upacara atau ritual yang dilakukan. Keunikan pada tradisi fang sheng ini yang dimana ada kegiatan prosesi ritual yaitu pelepasan makhluk hidup kea lam bebas dan salah satunya yaitu pelepasan burung. Menurut ajaran Buddha, dijelaskannya manusia harus menyayangi makhluk hidup termasuk hewan. Tradisi Fang Sheng merupakan wujud cinta pada alam dan hewan. Biasanya ketika hari besar keagamaan atau ketika keinginan terwujud, akan dilakukan pelepasan hewan le alam liar. Fang Sheng memiliki pengertian yang berarti melepaskan makhluk hidup ke habitatnya masing-masing. Tujuannya, agar hewan-hewan itu dapat merasakan kembali kehidupan alam bebas dan bahagia karena tidak dikurung. Serta memberikan kesempatan terus hidup kepada makhluk lain. Fang Sheng warisan budaya sebagai perayaan dan rasa syukur masyarakat berketurunan Tionghoa. Kearifan lokal budaya Tradisi Fang Sheng menjadi inspirasi penulis dalam menciptakan karya Tugas Akhir yang digarap melalui proses penciptaan karya Frangipani. Melalui tahapan tersebut penulis dapat menciptakan karya melalui pendalaman tradisi kearifan lokal budaya. Karya busana menggunakan pendekatan analogi dengan trend busana the soul searches dengan judul “MANDRA KANDARPA”</p> Luh Kadek Sintha Ambara Dewi, A.A. Ngurah Anom Mayun K. Tenaya, Ni Putu Darmara Pradnya Paramita Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3559 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Istana Baso: Interesting Visual Of The Pagaruyung Palace Architecture Dalam Gaya Busana Feminine https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3560 <p>Istana Pagaruyung merupakan salah satu ikon budaya Indonesia yang memiliki signifikansi sejarah dan arsitektural yang tinggi. Jurnal ini bertujuan untuk menyajikan analisis historis dan arsitektural yang mendalam tentang Istana Pagaruyung sebagai representasi keagungan dan kekuatan Kerajaan Minangkabau di Indonesia. Metode penelitian yang digunakan melibatkan studi literatur, pengamatan lapangan, dan analisis visual. Melalui analisis arsitektural, jurnal ini mendalami struktur bangunan Istana Pagaruyung, termasuk penggunaan material, teknik konstruksi, dan karakteristik arsitektur vernakular yang terdapat di dalamnya. Selain itu, aspek artistik dan simbolis dari ornamen dan dekorasi Istana Pagaruyung juga dieksplorasi secara mendalam. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman yang lebih baik tentang sejarah dan nilai arsitektural Istana Pagaruyung. Selain itu, jurnal ini memberikan wawasan tentang kekayaan budaya Minangkabau dan kontribusinya terhadap warisan arsitektural Indonesia. Studi ini diharapkan dapat memberikan inspirasi bagi pemeliharaan, restorasi, dan pengembangan budaya Istana Pagaruyung serta mendorong kesadaran akan pentingnya pelestarian warisan budaya bagi generasi sekarang dan masa depan.</p> Made Citra Dewi, Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi, Ida Ayu Wimba Ruspawati Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3560 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Keunikan Tradisi Panen Pelestarian Budaya Gawai Dayak Sebagai Identitas Pribumi https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3561 <p>Upacara Adat Gawai Suku Dayak merupakan warisan turun-temurun sebagai ungkapan rasa syukur kepada Jubata, Sang Pencipta, berasal dari Kalimantan Barat, Kabupaten Sanggau. Busana<em> ready to wear, ready to wear deluxe </em>dan<em> haute couture</em> ini diciptakan dengan tujuan menggabungkan tradisi Gawai Dayak dengan sentuhan <em>Edgy</em>. Perwujudan karya busana menggunakan teori metafora dan kata kunci terpilih seperti Rasa syukur, Kehormatan, Persatuan, Bebas, dan Kejayaan diterapkan dalam implementasi tradisi Gawai Dayak dalam busana ini. Metode penciptaan yang digunakan terdiri dari delapan tahapan penciptaan "Frangipani" <em>Desain Fashion</em> oleh Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana tahun 2016, yang meliputi <em>design</em> <em>brief, research and sourcing, design development, sample, prototype, dummy, final collection, promoting, branding, sale, dan production business</em>. Dengan adanya penciptaan ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi yang lebih mendalam pada literatur mode, dengan menghadirkan harmonisasi antara teori metafora tradisi Gawai Dayak dan gaya busana Edgy.</p> Melda Fransiska Dewi, Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, Ni Putu Darmara Pradnya Paramita Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3561 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Eternity of Majesty: Analogi Keindahan Arsitektur Katedral Santo Yosef Pontianak Dalam Busana Classic Elegant https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3562 <p>Gereja Katedral Santo Yosef berdiri sejak 9 Desember 1909, merupakan gereja tertua di Paroki Keuskupan Agung Pontianak. Bangunan gereja dirancang oleh arsitek asli dari Kalimantan Barat didampingi Tim Asistensi Pembangunan Gereja. Model gereja mengacu arsitektur klasik "Corinten" yang terlihat dari kubah bulat sebagai kubah utama dan diatasnya ada kubah kecil lagi yang disebut "Rotunda". Bangunan Katedral St. Yosef Pontianak memiliki arsitektur bergaya roma dengan pilar-pilar besar, jendela-jendela kaca patri yang indah menggambarkan ilustrasi orang-orang kudus, namun tetap memiliki unsur kebudayaan Dayak yang melekat. Terdapat ornamen-ornamen Dayak berupa motif burung enggang dan motif Dayak lainnya yang terukir di pintu maupun dinding Katedral. Dalam penciptaan karya Tugas Akhir studi independent ini, penulis menggunakan <em>style</em> minimalis, klasik dan elegan yang dipadukan dengan unsur etnik. Bentuk busana yang sederhana, tidak menggunakan <em>layering </em>dan menggunakan warna dasar yang netral menjadi acuan penulis dalam pembuatan desain dan pemilihan bahan. Busana dengan ide pemantik Katedral Santo Yosef Pontianak menghasilkan tiga buah karya yaitu busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe, semi couture. </em>Hal yang ingin ditonjolkan dalam penciptaan desain adalah siluet ruang setengah lingkaran menyerupai kubah, Dimana kubah tersebut merupakan icon dari Katedral Santo Yosef Pontianak. Selain siluet, teknik juga cukup diperhatikan untuk membuat susunan kain menyerupai kaca-kaca patri karena kaca patri sangat identik dengan Katedral. Desain yang sederhana dan warna dasar yang netral merupakan bentuk dari penerapa gaya busana minimalis dan elegan.</p> Ni Desak Made Amanda Arvia, Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, Made Tiartini Mudarahayu Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3562 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Askara Asmaraloka Analogi Arsitektur Pura Penataran Agung Lempuyang sebagai Inspirasi Penciptaan Kebaya Modifikasi https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3563 <p>Pura Penataran Agung Lempuyang merupakan salah satu pura tertua yang terletak di Kecamatan Abang, Karangasem, Pulau Bali. Pura Penataran Agung Lempuyang merupakan pura terbesar dari serangkaian Pura Lempuyang lainnya. Pura Penataran Agung Lempuyang terdiri dari tiga area halaman pura, yaitu Jaba Sisi, Jaba Tengah dan Jeroan. Tiga area tersebut dibatasi oleh perbedaan ketinggian, yang memiliki makna peningkatan sakral di setiap area. Dalam penciptaan busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe</em>, dan semi <em>couture</em> mengambil konsep arsitektur Pura Penataran Agung Lempuyang dengan pendekatan analogi ke dalam penciptaan busana dengan <em>style</em> kebaya modifikasi. Metode penciptaan yang digunakan, yaitu metode <em>Frangipani</em> yang terdiri dari 10 tahapan meliputi menentukan tema, riset sumber, analisa estetika elemen seni, memvisualisasikan ke dalam 2D dan 3D, koleksi final, promosi, mengarahkan produksi pada sumber daya manusia, dan pemasaran produk secara <em>sustainable</em>. Dengan metode penciptaan <em>Frangipani</em> tersebut menghasilkan satu produk busana <em>ready to wear</em>, satu produk busana <em>ready to wear deluxe</em>, dan satu produk busana semi <em>couture.</em> Koleksi tersebut diberi nama <em>Askara Asmaraloka</em> yang berasal dari bahasa Sansekerta yang memiliki makna bahwa busana yang diciptakan merupakan pancaran sinar cahaya yang dimiliki budaya Indonesia dengan penuh cinta yang tak akan lekang oleh waktu, sehingga hidup dan diturunkan dari generasi ke generasi. Dalam pemasaran produk menggunakan rancangan bisnis model canvas.</p> Ni Kadek Intan Cahyani Artayasa, I Gusti Bagus Priatmaka, Nyoman Dewi Pebryani Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3563 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Sulukat Perwujudan Busana dengan Konsep Tradisi Magobag-Gobagan dan Toya Daha di Desa Pakraman Sala, Kecamatan Susut Kabupaten Bangli https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3564 <p>Magobag-gobagan dan Toya Daha dilaksanakan rutin 210 hari sekali saat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan, bermakna sebagai simbolis mempererat hubungan antar-krama dan melepas kangen setelah sekian bulan jarang bertemu. Tradisi Magobag-gobagan dan Toya Daha merupakan suatu tradisi melukat yang dilakukan oleh seluruh krama Desa Pakraman Sala. Tradisi ini unik dengan berbagai tahapan ritual salah satunya, para pria dan wanita dipisah dan dijadikan suatu kelompok. Ritual selanjutnya merupakan melemparkan bunga pacah merah dan putih serta menghayutkan canang yang berisi lilin menyala. Sampai pada puncaknya yaitu Magobag-gobagan yang artinya cipratan, krama saling siram dengan air yang diambil menggunakan batok kelapa. Oleh karena itu penulis ingin memperkenalkan tradisi magobag-gobagan dan toya daha kepada masyarakat luas melalui penciptaan busana <em>modest </em>dan dipadukan dengan <em>trend joyfull</em>. Penciptaan busana ini mempergunakan teori Frangipani, <em>The Secret Steps of Art Fashion</em> oleh Ratna Cora merupakan tahapan penciptaan busana. Penciptaan karya busana <em>ready to wear</em>, <em>ready to wear deluxe</em>, dan <em>semi couture</em> dengan gaya ungkap analogi. Hasil dari penciptaan busana ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang <em>fashion</em>.</p> Ni Kadek Noviani, I Gusti Bagus Priatmaka, Ni Putu Darmara Pradnya Paramita Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3564 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Perjuangan Cinta Di Jembatan Titi Banda Dalam Busana Gaya Glamour Dan Elegant https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3565 <p>Patung Titi Banda merupakan patung ikon baru bagi kota Denpasar, &nbsp;patung ini menceritakan Rama bersama dengan para kera yang akan menyelamatkan istrinya yaitu Dewi Sita. Karya ini termasuk ke dalam seni rupa, seni patung merupakan salah satu cabang seni rupa yang menghasilkan karya seni berwujud tiga dimensional. Proses perwujudannya memerlukan beberapa tahap yang sangat penting agar karya patung tersebut bisa hadir dengan wujud serta performa yang indah dan menarik. Proses tersebut diawali dengan munculnya gagasan/ide hingga sentuhan akhir untuk kepentingan kualitas karya. Penciptaan karya busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe </em>dan <em>semi couture</em> ini, dibuat untuk mewujudkan busana yang <em>glamour </em>dan <em>elegant, </em>dengan Patung Titi Banda sebagai ide pemantik, diimplementasikan dengan teori analogi dan kata kunci yang terpilih yaitu hitam putih/poleng, lautan, segitiga, panah, emas, bulu, batu. Metode penciptaan yang digunakan yaitu terdiri dari sepuluh tahapan penciptaan “Frangipani” meliputi : &nbsp;menemukan ide pemantik berdasarkan identitas budaya; melakukan riset dan sumber seni <em>fashion</em>; analisa estetika elemen seni fesyen; narasi ide ke dalam desain; memberikan “jiwa” atau taksu; interpretasi keunikan seni<em> fashion</em>; promosi koleksi final; afirmasi merek; mengarahkan produksi seni <em>fashion</em>; dan memperkenalkan bisnis seni <em>fashion</em>.</p> Ni Kadek Pradnyawati, I Gusti Bagus Priatmaka, Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3565 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Rong Ratri: Patung Komposisi Makhluk Mitologi Sebagai Inspirasi Penciptaan Karya Busana Berkolaborasi Dengan Tudisign https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3566 <p>Karya patung I Nyoman Tjokot yang berjudul “Komposisi Makhluk Mitologi” merupakan patung konfigurasi imajinatif tentang makhluk – makhluk dari dunia mistis. Bentuk – bentuknya cenderung mengarah pada idiom visual yang bersifat demonis dengan ekspresi yang menakutkan. Sosok – sosok totem dalam tekstur kasar, saling bertumpuk dengan bentuk dan gerak tubuh yang bebas. Rongga-rongga selain memberi batas bentuk juga menjadi aksentuasi suasana primitif. Dalam karya-karyanya, Nyoman Tjokot cenderung tidak mengukir dengan rumit, apalagi menghaluskan figur-figurnya. Patung Komposisi Makhluk Mitologi diwujudkan dalam bentuk analogi dalam sebuah karya dengan kata kunci yang&nbsp;&nbsp; terpilih. Metode penciptaan karya yang digunakan yaitu terdiri dari delapan tahapan penciptaan “Frangipani” Desain <em>Fashion </em>dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016 meliputi <em>design brief, research and sourching, analizing art fashion</em>, <em>narrating art fashion, giving a soul, interpreting art fashion, promoting branding, affirmation branding, navigating art fashion, production business</em>. Penciptaan karya busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe</em>, dan <em>semi </em><em>couture </em>ini diwujudkan dengan ide pemantik Patung Komposisi Makhluk Mitologi dengan <em>style exotic dramatic</em>. Diharapkan hasil penciptaan ini dapat &nbsp;memperkenalkan dan mengenang karya dari salah satu masterpiece ternama di Bali.</p> Ni Luh Nila Febrianti, Ida Ayu Kade Sri Sukmadewi, I Wayan Karja Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3566 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Wangunan Beteng Urip : Analogi Rumah Adat Joglo Pencu Pada Busana Bergaya Logic Dengan Unsur Kultural https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3567 <p>Rumah Joglo Pencu merupakan sebuah bangunan tradisional yang berasal dari Kudus, Jawa Tengah. Joglo Pencu merupakan sebuah rumah hunian yang memiliki keunikan pada bagian struktur dan juga sejarah pendiriannya yang membedakannya dari rumah Joglo lainnya. Rumah Joglo Pencu sendiri merupakan karya seorang imigran China bernama The Ling Sing yang mana mualaf dan dipanggil Kiayai Telingsing. Aristektur Joglo Pencu memiliki perbedaan dengan Joglo&nbsp; lainnya, seperti pada tata ruangnya yang lebih sederhana, jenis atap yang digunakan, dan berbagai jenis ukiran yang diterapkan. Metode penciptaan menggunakan tahapan penciptaan "Frangipani" <em>Design Fashion</em> dari Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, tahun 2016. Dari sepuluh tahap nantiny akan digunakan hanya delapan tahap Rumah Joglo Pencu diwujudkan dalam bentuk analogi diterapkan dalam busana <em>ready to wear, ready to wear deluxe,</em> dan <em>haute couture</em> dengan kata kunci yang terpilih dengan menggunakan <em>style Logic</em>. Ide dari busana ini nantinya diharapkan dapat menambah referensi kepustakaan mengenai arsitektur Indonesia salah satunya Joglo Pencu, dan dapat mengenalkan Joglo Pencu secara detail lebih luas kepada masyarakat.</p> Ni Putu Melani Indartini, Nyoman Dewi Pebryani, Made Tiartini Mudarahayu Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3567 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Motif Gingko Dengan Ori Nui Shibori Dan Mirroring Ecoprint Pada Casual Dress https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3568 <p>Penelitian ini mengembangkan busana casual dengan menerapkan pewarnaan alam dengan teknik mirroring ecoprint dan ori nui shibori dengan motif gingko. Penelitian menggunakan penelitian pengembangan (<em>Research and Development) </em>dengan model pengembangan 4D yang terdiri dari 4 tahap, yaitu : definisi, desain, pengembangan, dan penerapan. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yakni menggunakan penilaian uji publik busana casual dengan pewarnaan alam menggunakan teknik mirroring ecoprint dan ori nui shibori. Hasil pengembangan busana busana casual terdiri dari 3 picies yakni bluss dengan pewarna alam, rok dengan teknik mirroring ecoprint dan vest dengan teknik ori nui shibori. Hasil produk busana casual ini memiliki kualifikasi sangat baik pada uji publik.</p> Safa Amalia Dewi, Kapti Asiatun Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3568 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Abimantra Kahuripan : Metafora Tradisi Megengan Sebagai Inspirasi Penciptaan Busana Berkolaborasi Dengan Luh Jaum Fashion Design & Tailor https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3569 <p>Tradisi megengan merupakan ritual tradisional yang biasa dilakukan sebelum datangnya bulan Ramadhan dan sebagai proses penyambutan bulan Ramadhan. Megengan dapat diartikan sebagai rasa syukur kepada Tuhan karena diberi kesempatan hidup dan dapat bertemu lagi dengan bulan suci Ramadhan. Masyarakat biasanya berbondong-bondong untuk berziarah kubur terlebih dahulu, membersihkan, menaburi bunga, dan tidak lupa mendoakannya. Megengan dimulai saat petang dengan dihadiri para tamu undangan. Undangan yang bersila di atas tikar dihadapkan dengan ambengan sebagai sajian untuk acara megengan. Tradisi megengan menjadi konsep yang saya gunakan untuk penciptaan karya busana ini dengan judul Abimantra Kahuripan yang memiliki arti berkah kehidupan. Megengan memiliki makna menahan atau ngempet dari segala hal yang membatalkan puasa, seperti makan dan minum. Megengan juga memiliki arti keselamatan yang terjaga baik saat bulan Ramadhan</p> Salsa Bilah Regita Cahyani, Nyoman Dewi Pebryani, Ni Kadek Yuni Diantari Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3569 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000 Yudhaka Anderpati: Tradisi Perang Lembing Kayu Dalam Busana Bergaya Edgy Y2k https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3570 <p>Tulisan ini mendeskripsikan busana bergaya <em>Y2K, EDGY</em> yang terinspirasi dari sebuah tradisi yang berasal dari Waanokaka, Sumba Barat, Nusa Tenggara Timur. Pasola berasal dari kata sola atau hola yang berarti kayu lembing. Dalam konteks ritual, pasola merupakan tradisi perang adat dimana dua kelompok penunggang kuda saling berhadapan, kejar-mengejar seraya melempar lembing kayu kearah lawan. Asola berasal dari kata sola atau hola yang berarti kayu lembing. Pasola diselenggarakan sekali dalam setahun yaitu pada permulaan musim tanam, tepatnya pada bulan Februari di Kecamatan Lamboya serta bulan Maret di Kecamatan Wanokaka dan Laboya Barat/Gaura. Sama halnya dengan upacara Bijalungu Hiupaana, tanggal pasti perayaan pasola ditentukan oleh para rato berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan terang serta dengan melihat tanda- tanda alam. Satu bulan sebelum pasola seluruh warga harus mematuhi sejumlah pantangan antara lain tidak boleh mengadakan pesta, membangun rumah dan lain sebagainya. Pasola diselenggarakan sekali dalam setahun yaitu pada permulaan musim tanam, tepatnya pada bulan Februari di Kecamatan Lamboya serta bulan Maret di Kecamatan Wanokaka dan Laboya Barat/Gaura. Sama halnya dengan upacara Bijalungu Hiupaana, tanggal pasti perayaan pasola ditentukan oleh para rato berdasarkan perhitungan bulan gelap dan bulan terang serta dengan melihat tanda- tanda alam. Satu bulan sebelum pasola seluruh warga harus mematuhi sejumlah pantangan antara lain tidak boleh mengadakan pesta, membangun rumah dan lain sebagainya.</p> Triasmoro Larasistris, Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana, Made Tiartini Mudarahayu Copyright (c) 2024 https://creativecommons.org/licenses/by-nc-sa/4.0 https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3570 Sun, 31 Mar 2024 00:00:00 +0000