Sulukat Perwujudan Busana dengan Konsep Tradisi Magobag-Gobagan dan Toya Daha di Desa Pakraman Sala, Kecamatan Susut Kabupaten Bangli

Main Article Content

Ni Kadek Noviani
I Gusti Bagus Priatmaka
Ni Putu Darmara Pradnya Paramita

Abstract

Magobag-gobagan dan Toya Daha dilaksanakan rutin 210 hari sekali saat Hari Raya Galungan pada Buda Kliwon Dunggulan, bermakna sebagai simbolis mempererat hubungan antar-krama dan melepas kangen setelah sekian bulan jarang bertemu. Tradisi Magobag-gobagan dan Toya Daha merupakan suatu tradisi melukat yang dilakukan oleh seluruh krama Desa Pakraman Sala. Tradisi ini unik dengan berbagai tahapan ritual salah satunya, para pria dan wanita dipisah dan dijadikan suatu kelompok. Ritual selanjutnya merupakan melemparkan bunga pacah merah dan putih serta menghayutkan canang yang berisi lilin menyala. Sampai pada puncaknya yaitu Magobag-gobagan yang artinya cipratan, krama saling siram dengan air yang diambil menggunakan batok kelapa. Oleh karena itu penulis ingin memperkenalkan tradisi magobag-gobagan dan toya daha kepada masyarakat luas melalui penciptaan busana modest dan dipadukan dengan trend joyfull. Penciptaan busana ini mempergunakan teori Frangipani, The Secret Steps of Art Fashion oleh Ratna Cora merupakan tahapan penciptaan busana. Penciptaan karya busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan semi couture dengan gaya ungkap analogi. Hasil dari penciptaan busana ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dalam bidang fashion.

Article Details

How to Cite
Ni Kadek Noviani, Priatmaka, I. G. B., & Paramita, N. P. D. P. (2024). Sulukat Perwujudan Busana dengan Konsep Tradisi Magobag-Gobagan dan Toya Daha di Desa Pakraman Sala, Kecamatan Susut Kabupaten Bangli . BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design, 4(1), 122–130. Retrieved from https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/3564
Section
Articles