Wayang Pakeliran “Caru Somya Hita”

Authors

  • Ngurah Bagus Subamia Institut Seni Indonesia Denpasar
  • I Nyoman Sedana Institut Seni Indonesia Denpasar
  • I Bagus Wijna Bratanatyam Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/dmr.v4i1.3741

Keywords:

Imajinatif, Berusaha, Keberanian memulai hal baru, Kreatif, Berkarya

Abstract

Studi/projek independen dilatarbelakangi oleh tujuan adalah suatu progam pembelajaran yang dimana memberikan kesempatan kepada mahasiswa untuk melakukan pembelajaran diluar lingkungan kampus seperti di sanggar, komunitas, dan lain-lain. Tujuan dari progam ini tiada lain yaitu mengembangkan potensi-potensi dalam menciptakan suatu karya pertunjukan bagi mahasiswa itu sendiri yang akan dibimbing langsung mitra dari sanggar tersebut sehingga kedepannya bisa menjadikan seniman yang berakademisi dan dipercaya oleh masyarakat setempat, dan juga sebagai syarat perkuliahan progam MBKM (Merdeka Belajar Kampus Merdeka) saat ini. Pada kesempatan kali ini penata memilih Sanggar Seni Buratwangi di pulau Lombok Provinsi NTB. Penciptaan karya Pakeliran Wayang “caru Somya Hita” kali ini, yaitu menggunakan metode berbasis riset (penelitian) yang bernama teori Sanggit (Kawi Dalang). Metode ini terdiri dari Catur Datu Kawya yang digunakan untuk merumuskan dan mewujudkan suatu konsep sehingga tercipta suatu produk atau karya seni. Pakeliran Wayang ini tidak jauh berbeda dengan pakeliran wayang tradisi, aspek tradisipun dilibatkan kedalam sebuah karya ini dengan penambahan komponen- komponen yang tidak digunakan pada pakem tradisi, tujuan untuk lebih menambah minat masyarakat dalam menonton pertunjukan wayang yang adiluhung. Penulis memiliki harapan untuk semua hasil garapan mahasiswa dan para seniman agar dapat berkarya dengan baik. Berkarya seni atau penuangan imajinasi kedalam benda pada dasarnya adalah proses membentuk gagasan dan mengolah sesuatu agar mewujudkan bentuk-bentuk atau gambaran gambaran yang baru, komponen sederhana tentunya pasti bisa menjadi berguna dan bernilai jual tinggi jika kita pandai untuk mengolah komponen itu dengan kreasi dan pemikiran yang kreatif.

Downloads

Download data is not yet available.

References

Dibia, I Wayan. 2020. Panca Stiti Ngawi Sani, Metodologi Penciptaan Seni. Denpasar: ISI Denpasar Press

Dinas Pendidikan Bali, 1993, Kekawin Sutasoma. Denpasar: Dinas Pendidikan Bali.

Djelantik, AMM (1992) Pengantar Ilmu Estetika / Falsafah Keindahan dan Kesenian. STSI Denpasar.

Mulyono, Sri, 1979. Simbolisme dan Mistikisme dalam wayang, sebuah Tinjauan Filosofi. Jakarta: PT Gunung Agung

Mulyono, Sri. (1989) Wayang Asal Usul Filsafat dan masa depannya (The Origin, Philosophy and Future of Wayang) 2nd es. jakarta: CV Haji Masagung.

Sedana, I Nyoman. (2002) Kawi Dalang: Creativity in Wayang Theatre. Disertai untuk meraih gelah Doktor di University of Georgia, USA. http://www.takey.com./Thesis_38.pdf

Sedana, Nyoman. 2014 Inovation of Wayang Puppet Theatre in Bali. Salah satu makalah dalam buku Puppetry for All Time. Gianyar: Setia Darma House of Mask and Puppets.

Sedana, Nyoman. 2019b. “Penelitian dan Penciptaan Seni (P2S) Wayang Golek Air: Subadra Larung”. Laporan Penelitian. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar.

Wicaksana dan Widnyana. 2009. Buku Ajar: Pengetahuan Pedalangan I dan II. Denpasar: Fakultas Seni Prtunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Sugiyono. 2018. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: CV. Alfabeta

Sugriwa, I Gusti Bagus. 1959-1961. Sutasoma ditulis dengan huruf Bali dan Latin, diberi arti dengan bahasa Bali dan bahasa Indonesia. Denpasar: Pustakamas.

Sumardjo, Jakob (2000) Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Downloads

Published

2024-04-30

How to Cite

Subamia, N. B., Sedana, I. N., & Bratanatyam, I. B. W. (2024). Wayang Pakeliran “Caru Somya Hita”. JURNAL DAMAR PEDALANGAN, 4(1), 38–47. https://doi.org/10.59997/dmr.v4i1.3741

Issue

Section

Articles