Pakeliran Wayang Babad Inovatif “Wira Taruna”

Penulis

  • I Putu Agus Widia Purnamia Institut Seni Indonesia Denpasar
  • I Bagus Wijna Bratanatyam Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/dmr.v1i1.687

Kata Kunci:

Kebo Taruna, Wayang Babad Inovatif, Bali Kuna

Abstrak

Salah satu pertunjukan wayang kulit  Bali yang saat ini jarang ditemui adalah pertunjukan wayang kulit babad. Wayang kulit babad pertama kali dipentaskan pada tahun 1988 oleh I Gusti Ngurah Serama Semadi sebagai tugas akhir dalam menyelesaikan program seniman pada jurusan pedalangan STSI Denpasar.  Wayang babad kemudian berkembang di tengah-tengah masyarakat sebagai wayang kulit yang menggunakan cerita sejarah Bali atau disebut dengan babad. Wayang babad memiliki keunggulan dari segi pemaknaannya, terutama karena menceritakan sejarah dan asal-usul leluhur masyarakat Bali, sehingga wayang babad ini secara tidak langsung mengingatkan masyarakat penonton tentang asal-usul leluhurnya sendiri, karena untuk menggapai masa depan, diperlukan spirit tentang masa lalu, terutama kisah leluhur atau lelangit agar jangan sampai terlupakan. Penciptaan Pakeliran Wayang Babad Inovatif Wira Taruna ini menggunakan metode proses penciptaan oleh Alma. M. Hawkins yang berisikan tiga tahap penciptaan yaitu, tahap penjajagan (eksplorasi), tahap percobaan (improvisasi), dan tahap pembentukan (forming). Di sini penggarap memliki ide dengan membuat garapan yang menggunakan layar  ukuran 4 x 2,5 meter dengan menggunakan pencahayaan lampu hallogen untuk memantulkan scenery, karena pengarap ingin menciptakan suasana Bali kuno yang kental, untuk itu penggarap tidak menggunakan scenery berwana agar tidak menimbulkan kesan glamour. Dengan mengangkat cerita babad barabatu yang mengisahkan tentang seorang tokoh  Kebo Iwa, penggarap ingin mengemukakan tentang ketokohan Kebo Iwa secara lebih spesifik yang diceritakan dari beliau lahir sampai beliau dinobatkan menjadi patih di kerajaan Bedahulu. Dengan menggunakan alur erat, struktur dramatik dalam garapan ini diharapkan dapat menarik perhatian penonton dan bagus dilihat dari segi pendramaan atau dramatisasi lakon.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Bawa, I Made, dkk. 2019. Kebo Iwa dan Sri Karang Buncing dalam Dinasti Raja-Raja Bali Kuno. Denpasar

: Buku Arti

Budha Gautama, Wayan. 2009. Tutur Aji Saraswati. Surabaya : Penerbit Paramitha.

Hendriyana, Husein. 2018. Metodelogi Penelitian Penciptaan Karya Seni Kriya & Desain Produk Non Manufaktur. Bandung : Sunan Ambu Press

Pulasari, Jero Mangku. 2010. Babad Raja-Raja Bali. Surabaya : Penerbit Paramitha.

Raka, A.A. Gde. 2010. Kebo Iwa Patih Amangkurat Bhumi Jaman Bali Kuna. Gianyar: Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar.

Ratna, Jero Mangku. 2016. Dharmagita Tutur Kahuripan. Gianyar : Dinas Kebudayaan Kabupaten Gianyar.

Wicaksana, SSP., M.Hum. Dr.I Dewa Ketut, dan I Made Sidia, SSP., M.Sn. Buku Bahan Ajar Konsep Dasar Metode Penciptaan. Fakutas Seni Pertunjukan, Institut Seni Indonesia Denpasar 2018.

Sunardi, 2004. Pakeliran sandosa dalam perspektif pembaharuan pertunjukan wayang. Dalam jurnal pengkajian dan penciptaan seni Dewa Ruci program pendidikan pasca sarjana STSI Surakarta Vol.2, no.3.

Iswantara, M.Hum., Dr. Nur. 2017. Kreativitas Sejarah, Teori dan Perkembangan. Yogyakarta : Gigih Pustaka Mandiri.

Sumber Internet

www.babadbali.com/seni/wayang diakses pada tanggal 9 Maret 2021.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2021-08-21

Cara Mengutip

Purnamia, I. P. A. W., & Bratanatyam, I. B. W. (2021). Pakeliran Wayang Babad Inovatif “Wira Taruna”. JURNAL DAMAR PEDALANGAN, 1(1), 17–28. https://doi.org/10.59997/dmr.v1i1.687

Terbitan

Bagian

Articles