Struktur Dramatik Wayang Kulit Parwa Lakon Angsaliman Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi

Penulis

  • I Nengah Dwija Badranaya Institut Seni Indonesia Denpasar
  • I Nyoman Sedana Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/dmr.v1i1.691

Kata Kunci:

Struktur Dramatik, Sang Angsaliman, Dewa Made Rai Mesi

Abstrak

Tulisan ini mengkaji struktur dramatik Wayang Kulit Parwa lakon Sang Angsaliman oleh dalang I Dewa Made Rai Mesi dari Kabupaten Bangli yang pernah populer pada era tahun 1970 hingga 1980an. Beliau adalah dalang inovatif pada masa itu karena memasukkan unsur bahasa daerah dari berbagai suku di Indonesia sebagai bahan lelucon. Beliau dalam pertunjukannya lebih banyak menampilkan lakon carangan yang salah satunya adalah Sang Angsaliman. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh di lapangan baik dari hasil pengamatan pita kaset maupun hasil wawancara diolah dan dianalisis serta disajikan secara formal melalui foto-foto dan secara non formal melalui penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur dramatik Wayang Parwa lakon Sang Angsaliman oleh dalang Dewa Made Rai Mesi mulai dari: (1) exposisi, yaitu adegan  peparuman atau perbincangan antara Yudistira dan juga Arjuna membicarakan masalah perang Bharatayuddha yang telah berlalu  dan wajib untuk menyucikan semua prajurit yang gugur dalam perang tersebut; (2) komplikasi, yaitu Sang Angsaliman menuju Astinapura dengan segenap rakyatnya yang bertujuan untuk memberikan penghormatan terakhir untuk ayahnya, tetapi setelah sampai terjadilah kesalahpahaman antara Sang Angsaliman dengan Yudistira; (3) klimaks, yaitu Sang Angsaliman memohon bantuan kepada Dewa Brahma dan Dewa Wisnu agar ia dapat menghadapi Hanoman juga Dewa Gana sehingga menjadi sangat kuat, bahkan Hanoman dan Dewa Gana menjadi tidak berdaya menghadapi Sang Angsaliman; dan (4) resolusi, yaitu  adegan Sang Angsaliman yang telah dibantu oleh Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, tetapi  tetap dapat dikalahkan oleh Dewa Bayu. Sang Angsaliman diampuni oleh Dewa Bayu dengan syarat ia tidak boleh lagi mengganggu yadnya para Pandawa.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Ardiyasa, I Putu. 2017. Struktur Dramatik Dan Retorika Lakon Irawan Rabi Dalam Wayang Kulit Parwa Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi. Denpasar : Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.

Bandem, I Made. 1982. Wimba Wayang Kulit Ramayana Ketut Madra. Proyek Penggalian/Pembinaan Seni Budaya Klasik/Tradisional dan Baru.

Djelantik. 1990. Estetika Sebuah Pengantar. Penerbit : Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Endraswara, Suwardi. 2017. Metodelogi Penelitian Kebudayaan. Gajah Mada University Press.

Yogyakarta.

Mulyono, Sri. 1979. Wayang dan Karakter Manusia. Diterbitkan oleh PT Gunung Agung-Jakarta. Mertosedono, Amir. 1990. Sejarah Wayang Asal Usul, Jenis dan Cirinya. Penerbit: Dahara Prize.

Marajaya, I Made. 2015. Buku Ajar Estetika Pedalangan. Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.

Rota, Ketut. 1978. Pewayangan Bali Sebuah Pengantar. Proyek Peningkatan /Pengembangan Asti Denpasar.

Sugiono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Setiadi, Bram. 2011. Dalang-ku. Penerbit CV. Cendrawasih Asri bekerjasama

##submission.downloads##

Diterbitkan

2021-08-21

Cara Mengutip

Badranaya, I. N. D., & Sedana, I. N. (2021). Struktur Dramatik Wayang Kulit Parwa Lakon Angsaliman Oleh Dalang I Dewa Made Rai Mesi. JURNAL DAMAR PEDALANGAN, 1(1), 58–71. https://doi.org/10.59997/dmr.v1i1.691

Terbitan

Bagian

Articles