Teater Pakeliran “Arya Pengalasan”

Penulis

  • I Nyoman Nasib Sulistiawan Institut Seni Indonesia Denpasar
  • I Gusti Putu Sudarta Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Ni Diah Purnamawati Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/dmr.v3i1.2295

Kata Kunci:

Wayang, Teater Pakeliran, Arya Pengalasan

Abstrak

Wayang merupakan media pertunjukan dengan tujuan memberikan kontribusi di dunia Pedalangan dan manfaat untuk memberikan inspirasi bahwa dunia Pewayangan akan semakin berkembang. Salah satu manfaat yang masih diterapkan, utamanya di Bali, adalah sebagai media untuk mengenang kisah leluhur sesuai dengan tereh (keturunan). Manfaat itulah yang penggarap terapkan dalam garapan berjudul "Teater Pakeliran: Arya Pengalasan".“Teater Pakeliran: Arya Pengalasan” merupakan sebuah garapan untuk mengenang kisah perjalanan Ki Barak mencari ayahnya yaitu Raja Erlangga di Kerajaan Kediri. Ki Barak selanjutnya diberi gelar sebagai Arya Pengalasan oleh Raja Erlangga sebagai pengingat bahwa Ki Barak lahir dan tumbuh di hutan (alas=hutan). Pertunjukan wayang ini ini berkonsep ‘teater pakeliran’ yaitu suatu wujud garap seni pertujukan wayang yang dikemas estetis dengan penonjolan pada aparatus kelir yang dodifikasi serta pemunculan diorama pengkisahan melalui adegan teater. Metode penciptaan karya seni mengacu pada triadik metode/tahapan penciptaan karya, yaitu: a. Tahapan Ekploration (Eksplorasi), b. Tahapan Improvisation (Percobaan), c. Tahapan Forming (Pembentukan) oleh Alma M Howkins. Metode ini mengasilkan karya seni pertunjukan pedalangan Teater Pakeliran “Arya Pengalasan” dengan teknik garap aktor ber-akting di balik layar untuk menciptakan bayangan dengan bantuan lampu penyinaran yang berfungsi sebagai sumber cahaya untuk merefleksikan bayang wayang. Para aktor memakai sebuah properti kepala berbentuk wajah wayang dan semua dialog diucapkan oleh seorang dalang agar tetap mempertahankan khasanah seni pewayangan Bali. Terdapat dua hal yang diharapkan sebagai luaran dari garapan ini, yaitu: 1) Sebagai sebuah media untuk mengingatkan para pertisentana (keturunan) Arya Pengalasan mengneai kisah perajalanan dan wejangan hidup dari Ki Barak yang pada akhirnya bergelar Arya Pengalasan. 2) Sebagai sebuah tambahan baru bagi khasanah kesenian pewayangan di Bali.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Djelantik, A. A. M. (2004). Estetika Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.

Marajaya, I. M. (2015). Buku Ajar: Estetika Pedalangan. Denpasar: Institut Seni Indonesia Denpasar. Mas, R. B. D. M. (2003). Babad Bali Agung, Seri Sejarah Babad: Arya Pengalasan. Jakarta.

Mulyono, S. (1978). Wayang: Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: Penerbit PT Gunung Agung.

Putra, I. G. M. D. (2021). Problematika Teater Pakeliran sebagai Konsep Garap dalam Seni Pewayangan. Panggung, 31(3), 385–400.

Sumarno, P. (1983). Pengetahuan Pedalangan 1 dan 2. Jakarta: Departeman Pendidikan dan Kebudayaan.

Tim Filsafat Wayang. (2016). Filsafat Wayang Sistematis. Jakarta: Sekertariat Pewayangan Indonesia (SENA WANGI).

Wicaksana, I. D. K. (2018). Wayang Layar Lebar: Peluang dan Tantanganya di Era Revolusi Industri

0. Proseding Seminar Nasional: Seni Pertunjukan Nusantara, Peluang Dan Tangtanganya Memasuki Era Revolusi Industri 4.0, 84–90.

Wicaksana, I. D. K., & Wicaksandita, I. D. K. (2022). Alih Aksara dan Analisis Ragam Bahasa Lontar Dharma Pawayangan Koleksi Dalang I Made Sidja. Jurnal Penelitian Agama Hindu, 9843((Special Issue Budaya dan Pendidikan)), 197–212.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-04-16 — Diperbaharui pada 2023-04-16

Versi

Cara Mengutip

Sulistiawan, I. N. N., Sudarta, I. G. P., & Purnamawati, N. D. (2023). Teater Pakeliran “Arya Pengalasan”. JURNAL DAMAR PEDALANGAN, 3(1), 65–72. https://doi.org/10.59997/dmr.v3i1.2295

Terbitan

Bagian

Articles