Etnologi Wayang Tradisi Di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan

Penulis

  • I Komang Arsana Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Ni Diah Purnamawati Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/dmr.v1i1.689

Kata Kunci:

Etnologi, Wayang Tradisi, Desa Pujungan

Abstrak

Kesenian wayang kulit yang ada di desa Pujungan, kecamatan Pupuan, Tabanan, yang merupakan salah satu kesenian yang sangat langka dikarenakan sedikitnya dalang yang ada di Pupuan khususnya, dan pada saat ini seni pewayangan di Pujungan mulai berkembang karena adanya bibit-bibit dalang baru yang mau mempelajari pewayangan agar kesenian pewayangan tersebut tidak punah. Pertunjukan wayang yang ada di Pupuan memiliki ciri khas tersendiri, namun pertunjukan wayang kulit yang ada di Pupuan ini  tidak jauh beda dari pertunjukan gaya Badung dan Sukawati, dikarenakan para dalang yang ada di Pupuan belajar mementaskan wayang di daerah Badung dan Sukawati. Pewayangan gaya Pupuan yang identik dengan siat (pertarungan) yang ramai harus di lakukan hingga bisa memuaskan penonton yang ada di daerah Pupuan, tabanan. Etnologi wayang yang ada di desa Pujungan tidak lepas dari lontar Dharma Pewayangan yang berisikan aturan-aturan apa saja yang harus diikuti sang dalang, sama halnya seperti teori Kawi Dalang sebelum pentas, selama pentas, dan sesudah pentas. Nah di dalam menanggap wayang tradisi Pertunjukkan wayang tersebut masih primitif dengan latar belakang ritual, yaitu kepercayaan kepada kekuatan roh-roh leluhur. Roh-roh akan menampakkan diri dalam bentuk bayang-bayang. Untuk itu, orang membuat obyek gambaran yang membentuk bayangan di atas sehelai kelir.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Sedana, I Nyoman.2002 “Kawi Dalang Creativity in Wayang Teathre” Disertasi. University of Georgia USA.

Djelantik, A.A.M 2004, Estetika: Sebuah pengantar Bahasa Indonesia. Jakarta: Jambatan. Mulyono, Sri. 1978. Wayang: Asal Usul, Filsafat dan Masa Depannya. Jakarta: PT Gunung Agung. Marajaya, Made. 2015. “Estetika Pedalangan Bali”. Denpasar: ASTI Denpasar.

Satoto, Soediro. 1985. Wayang Kulit Purwa: Makna dan Struktur Dramatiknya. Surakarta: Direktorat Jendral Kebudayaan.

Sumardjo, Jakob. 2000. Filsafat Seni. Bandung: ITB.

Bandem, I Made “Mengembangkan lingkungan social yang mendukung wayang”, dalam mudra jurnal seni budaya no. 2,th II, penerbit UPT. Sekolah tinggi eni Indonesia (STSI) Denpasar, 1994.

Pertunjukan Wayang Kulit Bali dalam “Wayang Jurnal Ilmu Seni Pewayangan”, Denpasar: UPT Penerbit ISI Denpasar.

Wicaksana. I Dewa Ketut “wayang sapuh leger fungsi dan maknanya dalam masyarakat bali” : Gedung bali post.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2021-08-21

Cara Mengutip

Arsana, I. K., & Purnamawati, N. D. (2021). Etnologi Wayang Tradisi Di Desa Pujungan, Kecamatan Pupuan, Kabupaten Tabanan. JURNAL DAMAR PEDALANGAN, 1(1), 37–48. https://doi.org/10.59997/dmr.v1i1.689

Terbitan

Bagian

Articles