Introduction to the Musical Composition “Windu Sara” | Pengantar Karya Komposisi Karawitan “Windu Sara”

Penulis

  • I Putu Restu Kresna Arimbawa Program Studi Seni Karawitan, ISI Denpasar
  • I Ketut Partha Program Studi Seni Karawitan, ISI Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v2i3.1184

Kata Kunci:

Windu Sara, Tabuh Petegak, Pelegongan, Karawitan Bali, Semar Pagulingan

Abstrak

Karya karawitan ini merupakan hasil eksekusi dari ide yang dibuat penata guna memenuhi persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan (S1). Karya karawitan ini mengangkat tema Windu sara memiliki keunikan dari segi warna merah yang cukup kuat. Warna merah pada batu ini memiliki arti pemersatuan kepada masyarakat dan dapat menimbulkan kebahagiaan. maka dari itu penata sangat tertarik terhadap batu merah delima ini untuk membuat sebuah kompusisi yang berbentuk tabuh petegak pelegongan Windu Sara. Kasiat dari batu merah delima atau bisa juga disebut Windu Sara memiliki kasiat untuk membawa keslamatan dan menyucikan yang memiliki sifat keagungan dalam kasiatnya. sedangkan kegunannya untuk memimpin upacara-upacara besar atau penting bagi masyarakat hindu. Karya karawitan ini berkonsepkan tabuh petegak pelegongan dengan menggunakan media ungkap barungan gamelan samara pegulingan saih pitu. Pada garapan ini, penata melibatkan musisi sebanyak 26 orang musisi. Tabuh petegak pelegongan merupakan suatu jenis karya seni pembukaan yang berdurasi 12 menit, Jenis tabuh petegak pelegongan windu sara ini sering dimainkan pada pementasan mesolah tepatnya sebelum dimulainya alur cerita yang akan dipentaskan. Karya karawitan ini memiliki struktur Tri Angga yang terdiri dari kawitan, pengawak, dan pengecet. Pada bagian kawitan bisa diawali dengan permainan kendang dan instrument lainnya masuk setelah permainan kendang, dilanjutkan ke bagian pengawak dan pengecet.

 

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

A.A.M, D. (2008). Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).

An, P. K. (2004). Rahasia Batu permata. Madira.

Aryasa. (1984). Pengetahuan Karawitan Bali. Dapertemen pendidikan dan kebudayaan Direktorat Jendral Kebudayaan Proyek Pengembangan Kesenian Bali.

Bandem, D. I. M. (1986). Perakempa Sebuah Lontar Gambela Bali. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.

Chiselin, B. (1052). The Creative Process: A Symposium. University of California Press.

Kadek Samego, T. H. (2021). Karawitan Composition Brama Rupa | Komposisi Karawitan Brama Rupa. Ghurnita Jurnal Seni Karawitan, 01(04), 281–289. https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/view/480

Mahardika, Komang Wira Adhi; Hendra Santosa, N. W. A. (2020). Transformasi Lagu “Kacang Dari” ke Dalam Chamber Music. Gondang: Jurnal Seni Budaya, 4(2), 96–108. https://doi.org/10.24114/gondang.v4i2.18258

Paristha, P. P., Gede, Y. I., & Hendra, S. (2018). Tirtha Campuhan: Sebuah Karya Komposisi Baru dengan Media Gamelan Smar Pagulingan. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts), 19(3), 113–121.

Pratama, G. M. R. S. (2021). Campuhan: A New Music Creation | Campuhan: Sebuah Musik Kreasi Baru. Ghurnita: Jurnal Seni Karawitan, 01(02), 92–99. https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/view/149

Pryatna, H. S. I. K. S. I. P. D. (2020). Permainan Kendang Bali. Dewaruci, 15(2), 90–100. https://doi.org/10.33153/dewaruci.v15i2.2991

Rianta, I. M. K. S. H. S. I. M., Santosa, H., & Sariada, I. K. (2019). Estetika Gerak Tari Rejang Sakral Lanang Di Desa Mayong, Seririt, Buleleng, Bali. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 34(3), 385–393. https://doi.org/10.31091/mudra.v34i3.678

Sadguna, Ig. M. I. (2011). Pupuh Kekendangan Sebagai Identitas Semar Pagulingan Saih Lima Peliatan. Dewa Ruci, 7(1). https://doi.org/https://doi.org/10.33153/dewaruci.v7i1.971

##submission.downloads##

Diterbitkan

2022-09-06

Terbitan

Bagian

Articles