Campuhan: A New Music Creation | Campuhan: Sebuah Musik Kreasi Baru
DOI:
https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i2.149Kata Kunci:
Campuhan, Semar Pagulingan, Angklung Klentang, Balaganjur, InovatifAbstrak
Campuhan berarti percampuran, yang dalam hal ini campuran suasana hati atau emosional manusia. Campuhan adalah karya musik inovatif yang menggambarkan suasana hati seseorang yang mengalami gangguan mental bipolar (prubahan emosional secara drastis). Selanjutnya diimplementasikannya kedalam sebuah garapan karya musik baru dengan media gamelan semara pegulingan, gamelan angklung klentang, dan gamelan balaganjur. Wujud campuran tiga dasar emosional yaitu netral (ketenangan atau kebahagiaan), depresif (keterpurukan atau kesedihan), dan manik (bersemangat atau ambisi). Struktur garapan Campuhan ini dibagi menjadi tiga bagian, yaitu pertama adalah simbol dari keadaan emosional netral dengan menggunakan media ungkap Semara Pegulingan. Kedua adalah simbol dari keadaan emosional depresif dengan menggunakan media ungkap Angklung Klentang. Ketiga adalah simbol dari keadaan emosional manik dengan media ungkap Balaganjur. Tempat pertunjukan dilaksanakan di Banjar Dinas Antap Kaja, Desa Antap, Kec. Selemadeg, Kab. Tabanan, tepatnya dirumah penata. Garapan karya campuhan ini disajikan dengan melibatkan 13 (tiga belas) orang musisi yang semuanya dari anggota Sanggar Natya Praja dan Sanggar Kapiwara Tabanan, termasuk penata.
Unduhan
Referensi
A.A.M.Djelantik. (1999). Estetika: Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Arya Sugiartha. (2012). Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru Perspektif Cultural Studies. UPT Penerbitan ISI Denpasar.
Hawkins, A. M. (2003). Mencipta Lewat Tari. Terj. Y. Sumandiyo Hadi. Manthili.
Pradnyantika, I. G. A., Sudiana, I. N., & Haryanto, T. (2019). Waluku Sebagai Acuan Dalam Garapan Karawitan Bali. Kalangwan, 5, 49–60.
Putu Paristha Prakasih, Hendra Santosa, I. G. Y. (2018). Tirtha Campuhan: Karya Komposisi Baru dengan Media Gamelan Semar Pagulingan. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan, 19(3), 113–121. https://doi.org/10.24821/resital.v19i3.2452
Rembang, I. N. (1985). Hasil Pendokumentasian Notasi Gending-Gending Lelambatan klasik pegongan daerah bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Saptono, Haryanto, T., & Hendro, D. (2019). Greng Sebuah Estetika Dalam Kerampakan Antara Gamelan dan Vokal. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 5(1), 29–38.
Suastika, I Gede Putu. Sudiana, I Nyoman. Sudhana, I. K. (2020). Manis Batu Sebuah Garapan Kreasi Baru Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu. Segara Widya, 8(1), 1–12. https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/segarawidya/article/view/1046
Sugiartha, I. G. A. (2002). Gamelan Bleganjur dari Ekspresi Lokal ke Global. Bheri: Jurnal Ilmiah Musik Nusantara, 1(1), 1–14.
Yudarta, I. G. (1994). Gamelan Balaganjur Sebuah Musik Iringan Tari.
Yudha, I. N., Widiantara, P., Santosa, H., & Suartaya, K. (2020). Proses Penciptaan Komposisi Karawitan Kreasi Baru Paras Paros. 8(April), 1–13. http://journal.isi.ac.id/index.php/promusika/article/view/3607/2095