Innovative Music Composition “Blabur” | Karya Musik Inovatif “Blabur”

Penulis

  • Ardi Gunawan Ardi Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Hendra Santosa Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i3.2072

Kata Kunci:

Blabur, Gender Wayang, Musik Innovative

Abstrak

Blabur didefinisikan sebagai sumber imajinasi dan penuangan ide yang nantinya mampu merefleksikan fenomena baik bencana kerusakan alam serta menawarkan gagasan pemikiran melalui karya seni. Karya music inovatif Blabur menggunakan media ungkap yang menitik fokuskan Gender Wayang pada intsrumen kendang krumpungan, gong pulu, kecek ricik, suling, gantora dan kajar dengan tujuan untuk mengetahui ide, struktur, dan konsep pembuatan karya musik inovatif Blabur. Melalui penciptaan karya ini, penata ingin mengembangkan pola yang sudah ada dari sebelumnya. Karya musik inovatif Blabur di angkat menjadi sebuah karya sebagai cerminan dan sebuah pesan kepada kita bahwa kekuatan alam yang begitu besar jika mengalami ketidakseimbangan maka ia akan menjadi bencana. Proses penggarapan karya musik inovatif Blabur telah melalui tiga tahapan, yaitu tahapan tersebut adalah tahap penjajagan (Exploration), tahap percobaan (Improvisation), dan tahap pembentukaan (Forming). Karya musik inovatif Blabur terdiri dari tiga bagian utama, yaitu bagian satu, bagian dua, dan bagian tiga. Karya ini di dukung oleh sepuluh orang penabuh dan satu gerong dari Sanggar Mekar Seruni dengan durasi waktu 13 menit 14 detik.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Anggayanto, I. yogi, & Haryanto, T. (2023). Innovative Music Composition, “Reboisasi” | Komposisi Musik Inovatif, “Reboisasi.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 1(3), 161. https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i3.358

Aryasa, I. W. M. (1985). Pengetahuan Karawitan Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bali.

Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali di atas Panggung Sejarah. Badan Penerbit STIKOM Bali.

Bhumi, I. M. B. P. H. S. (2019). Pelatihan Gender Wayang Pada Generasi Muda Bali Untuk Melawan Dampak Negatif Kemajuan Teknologi. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 5(2), 99–105. https://doi.org/10.31091/kalangwan.v5i2.777

Gray, N. (1992). “Sulendra”: An example of petegak in the Balinese gendér wayang repertory. British Journal of Ethnomusicology, 1(1), 1–16. https://doi.org/10.1080/09681229208567197

Hartini, N. P. (2017). Pertunjukan Gender Wayang Pada Pekan Seni Remaja Kota Denpasar, Kajian Bentuk, Estetika, Dan Makna. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 3(1), 48–57.

Indra Sadguna, I. G. M. (2011). Jenis-Jenis Kendang Bali. Artikel Bulan Juni, 1–1.

Santosa, H. (2022). The Form of Membranophone Musical Instrumens in The Early Ancient Javanese Culture Literaturs. Antrhopologie, 60(3), 497–508. https://doi.org/10.26720/anthro.22.05.16.1

Sukarta1, A. G., & I Ketut Muryana2. (2021). Ghurnita. 01(01), 29–36. https://doi.org/10.25124/ghurnita.v1i1.150

Sukerta, P. M. (2011). Metode Penyusunan Karya Musik (Sebuah Alternatif). ISI Press Solo.

Winda, I. N. (1958). Aspek-Aspek Pengarapan Karawitan Bali di ASTI. Denpasar: Akademik Seni Tari Indonesia Denpasar.

Yudana, I. G., & Haryanto, T. (2021). Komposisi Musik Kontemporer “Embrio.” GHURNITHA Jurnal Seni Karawitan, 1(1), 1–10. https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i1.147

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-08-25

Terbitan

Bagian

Articles