Music Composition Tegak Anyar | Komposisi Musik Tegak Anyar
DOI:
https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v2i3.382Kata Kunci:
Tegak Anyar, Patet, Semar Pagulingan, Saih PituAbstrak
Ketertarikan penata terhadap patet-patet muerupakan salah satu yang melatar belakangi karya ini. Jika di akumulasikan setiap patet memiliki nada 3(ding), 4(dong), 5(deng), 7(dung) dan1(dang)nya masing-masing. Berarti dalam tujuh patet penata mendapatkan tujuh nada 3 (ding), tujuh nada 4 (dong) dan seterusnya sampai nada 1 (dang). Ditambah lagi penata melihat peluang dimana pada akhir-akhir ini belum terdapat sebuah karya yang menggunakan media ungkap gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu dengan judul Tegak Anyar. Tegak Anyar terbentuk dari dua suku kata yaitu Tegak dan Anyar, dimana Tegak yang artinya duduk, juga terdapat Bahasa istilah yaitu ruang atau lahan dan Anyar berarti baru. Tegak Anyar diartikan penata ingin memberikan sebuah ruang baru terhadap media yang penata gunakan yaitu Semar Pegulingan Saih Pitu dengan bentuk tabuh kreasi baru. Penata berimajinasi untuk mengolah patet-patet yang terdapat dalam gamelan Semar Pegulingan Saih Pitu. Pada umumnya, penggunaan patet-patet tersebut biasa untuk merubah suasana, karena setiap patet memiliki kesan bunyi yang berbeda-beda. Tujuan utama penata ialah ingin mengajak masyarakat mengetahui bagaimana perkembangan seni karawitan Bali dengan manfaat memperkaya warna karawitan Bali serta memberi trobosan baru dalam berkarya. Karya ini menggunakan sebuah metode yang diciptakan oleh Alma M. Hawkins dalam buku Creating Trough Dance. Dimana penciptaan sebuah karya seni perlu menggunakan tiga tahapan yaitu eksplorasi, improvisasi dan pembentukan. Karya Tegak Anyar diwujudkan dalam bentuk Tabuh Kreasi yang mempertimbangkan unsur musikalitas.
Unduhan
Referensi
A.A.M.Djelantik. (2004). Estetika Sebuah Pengantar (2nd ed.). Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MPSI).
Arya Sughiartha, I. G. (2012). Kreativitas Musik Bali Garapan Baru. ISI Denpasar.
Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali Di Atas Panggung Sejarah. Stikom Bali.
Djelantik, A. A. . (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Ignata Karina, 6, 5 Composers Colective. (2016). The Composers Journey Wacana dan Kerja Komponis Indonesia. Quantum.
Jafar Lentowa, Nila Mega Marahayu, M. K. (2017). Semiotika Teori, Metode dan Penerapannya dalam Penelitian Sastra. Deepublish.
Kariasa, I. N., & Putra, I. W. D. (2021). Karya Karawitan Baru Manikam Nusantara. Mudra Jurnal Seni Budaya, 36(2), 222–229.
Paristha, P. P., Gede, Y. I., & Hendra, S. (2018). Tirtha Campuhan: Sebuah Karya Komposisi Baru dengan Media Gamelan Smar Pagulingan. Resital: Jurnal Seni Pertunjukan (Journal of Performing Arts), 19(3), 113–121.
Pratama, G. M. R. S. (2021). Campuhan: A New Music Creation | Campuhan: Sebuah Musik Kreasi Baru. Ghurnita: Jurnal Seni Karawitan, 01(02), 92–99. https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/view/149
Sugiartha, I. G. A. (2012). Kreativitas Musik Bali Garapan Baru. UPT. Penerbitan ISI Denpasar.
Sugono, D. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan Nasional.
Sukarta, A. G. (2021). Music Composition Bebarongan “Cepuk”| Tabuh Petegak Bebarongan “Cepuk.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 1(1), 29–36.
Supriyadnyana, P. G. W., Mustika, P. G., & Muryana, K. (2020). Pengantar Karya Komposisi Tabuh Kreasi Pepanggulan Amande. Kalangwan: Jurnal Seni Pertunjukan, 6(1), 16–25.
Tenzer, M. (2000). Gamelan Gong Kebyar: Seni Musik Abad ke-duapuluh. USA: Univercity of Chicgo Press.
Yudana, I. G., & Haryanto, T. (2021). Contemporary Music Composition “Embryo”| Komposisi Musik Kontemporer “Embrio.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 1(1), 1–10. https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/view/147