Introduction to the Musical Composition “Telung Benang” | Pengantar Komposisi Karawitan “Telung Benang”

Penulis

  • I Wayan agus Andika Program Studi Seni Karawitan, ISI Denpasar
  • I Komang Sudirga Program Studi S2 Seni, ISI Denpasar
  • I Wayan Sudirana Program Studi Seni Karawitan, ISI Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v2i2.440

Kata Kunci:

Karawitan, Semarandhana, Gender Wayang

Abstrak

Karya seni karawitan Telung Benang merupakan karya yang terinspirasi dari konsep rwa bhineda. Rwa bhineda adalah keseimbangan hidup manusia dalam dimensi dualistis, yaitu percaya terhadap adanya dua kekuatan yang sangat dasyat. Dimensi dualitas ini menyangkut perbedaan antara, tinggi-rendah, hitam-putih, sempit-luas, dan lain sebagainya. Tujuan terciptanya karya seni Telung Benang untuk menonjolkan dua perbedaan karakter yang kontras namun saling berkaitan (dualitas) ke dalam sebuah bahasa musikal dengan judul karya Telung Benang. Telung Benang merupakan nama jumlah angka dalam bahasa Bali yang berarti tujuh puluh lima (75). Telung Benang dipakai sebagai judul yang akan diejawantahkan oleh konsep yang sudah dibuat, yaitu nada-nada laras pelog (7) dan nada-nada slendro (5) digabung sehingga menghasilkan warna suara dan harmoni yang berbeda. Metode penciptaan karya Telung Benang disusun melalui tiga tahapan penciptaan yaitu tahap penjajagan (eksploration), percobaan (improvisation), dan pembentukan (forming). Secara struktur, karya Telung Benang dibagi menjadi dua bagian. Pembagian tersebut dilakukan karena berpijak dari konsep dualitas yang bertujuan menonjolkan dua bagian yang memiliki karakteristik atau warna yang berbeda (kontras) dalam satu karya musik. Inilah yang dimaksud sebagai cerminan khas dari konsep dualisme.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

Abdul Sjukur, S. (2012). Virus Setan Risalah Pemikiran Musik. Art Music Today.

Ardana, I. K. (2012). Sekala Niskala: Realitas Kehidupan Dalam Dimensi Rwa Bhineda. Dewa Ruci: Jurnal Pengkajian Dan Penciptaan Seni, 8(1), 139–156. https://doi.org/10.33153/dewaruci.v8i1.1097

Ardana, I. K. (2013). Pengaruh Gamelan terhadap Baleganjur Semaradana. Resital, 14(2), 141–152.

Bandem, I. M. (1986). Prakempa, Sebuah Lontar Gamelan Bali (Trans.). ASTI Denpasar.

Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali di atas Panggung Sejarah. Badan Penerbit STIKOM Bali.

Bhumi, I. M. B. P. H. S. (2019). Pelatihan Gender Wayang Pada Generasi Muda Bali Untuk Melawan Dampak Negatif Kemajuan Teknologi. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 5(2), 99–105. https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/kalangwan/article/view/777

Dibia, I. W. (2017). Kotekan Dalam Musik Dan Kehidupan Bali. Bali Mangsi Foundation dan ISI Denpasar.

Hardjana, S. (2003). Corat Coret Musik Kontemporer Dulu dan Kini. Ford Foundation.

Hawkins, A. M. (2003). Mencipta Lewat Tari (Y. S. Hadi (ed.)). Manthili.

Kariasa, I. N., & Putra, I. W. D. (2021). Karya Karawitan Baru Manikam Nusantara. Mudra Jurnal Seni Budaya, 36(2), 222–229. https://doi.org/10.31091/mudra.v36i2.1471

S., I. W. R. (2001). Gong Antologi Pemikiran. Balimangsi Foundation, Institut Seni Indonesia Denpasar.

Santosa, H. N. H. K. R. M. (2017). Seni Pertunjukan Bali Pada Masa Dinasti Warmadewa. MUDRA Jurnal Seni Budaya, 32(1), 81–91. https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/mudra/article/view/84

Sugiartha, I. G. A. (2012). Kreativitas Musik Bali Garapan Baru Perspektif Cultural Studies. Institut Seni Indonesia Denpasar.

Suwitra Pradnya, I. B. (2017). Purusha dan Predhana Dalam Agama Hindu dan Hukum Adat Bali. Pustaka Ekspresi.

Wijayanto, A. N., & Sumerjana, K. (2015). Bunyi Ngumbang Ngisep Gender Wayang Bali dalam Kajian Semiotika. MUDRA JURNAL SENI BUDAYA, 30(1), 1–7.

Yudana, I. G., & Haryanto, T. (2021). Contemporary Music Composition “Embryo”| Komposisi Musik Kontemporer “Embrio.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 1(1), 1–10. https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/ghurnita/article/view/147

##submission.downloads##

Diterbitkan

2022-05-23

Terbitan

Bagian

Articles