Balaganjur Geger Bhaya, a Representation of the Phenomenon of Mount Agung Eruption | Balaganjur Geger Bhaya, sebuah Representasi Fenomena Erupsi Gunung Agung
DOI:
https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i1.1110Kata Kunci:
Gunung Agung, Fenomena Erupsi, Balaganjur Geger BhayaAbstrak
Tabuh kreasi Balaganjur Geger Bhaya adalah sebuah karya yang mengambil konsep atau ide dari fenomena erupsi gunung Agung. Proses terciptanya tabuh kreasi Balaganjur Geger Bhaya tersebut merupakan konsep yang pertama kali dirancang, dan sangat orijinal. Bentuk dan struktur karya ini masih menggunakan konsep tri angga yaitu adanya kawitan, pengawak, dan pengecet. Kaitan tabuh kreasi Balaganjur Geger Bhaya terhadap fenomena erupsi gunung Agung, bahwa situasi ketakutan dan kegelisahan masyarakat di sekitar gunung Agung akan terjadinya letusan susulan merupakan konsep dasar dari terciptanya karya Balaganju Geger Bhaya. Situasi tersebut diimplementasikan kedalam judul karya Geger Bhaya, Geger diartikan kepanikan dan Bhaya diartikan bahaya. Karya Balaganjur Geger Bhaya disajikan secara live sebagai salah satu acara Pesta Kesenian Bali (PKB) yang Ke-XL yang dilombakan dan ditampilkan di panggung terbuka Ardha Candra Art Center Denpasar. Penulis mengangkat objek dimaksud dengan alasan bahwa karya ini mengangkat fenomena alam dan selama ini belum ada yang mengkaji secara komprehensif tentang karya tabuh kreasi Balaganjur Geger Bhaya.
Kata kunci: Gunung Agung, Fenomena Erupsi, Balaganjur Geger Bhaya
Unduhan
Referensi
Bandem, I. M. (1986). Prakempa Sebuah Lontor Gamelan Bali. Akademi Seni Tari Indonesia Denpasar.
Bandem, I. M. (2013). Gambelan Bali Di Atas Panggung Sejarah. Badan Penerbit STIKOM Bali.
Djelantik, A. A. (1999). Estetika Sebuah Pengantar. Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia.
Dita, I. K. W. (2007). Analisis Tabuh Kreasi Balaganjur Karya I Ketut Suandita. Institut Seni Indonesia Denpasar.
Garwa, I. K. (2021). Karya Musik Kolosal Ngider Bhuwana Transformasi Ngerbeg Kuningan Di Kota Bangli. Institut Seni Indonesia Denpasar.
Koentjaraningrat. (2007). Sejarah Antropologi 1. Universitas Indonesia Press.
Kamus Kawi-Bali. 1988. Bali: Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Dati I Bali.
Muhadjir, N. H. (1996). Metodologi Penelitian Kualitatif. Rake Sarasin.
Picard, M. (2006). Bali: pariwisata budaya dan budaya pariwisata. Kepustakaan Populer Gramedia.
Robinson, G. (2005). Sisi Gelap Pulau Dewata Sejarah Kekerasan Politik. LKIS PELANGIAKSARA.
Hendra Santosa. (2020). Critical Analysis On Historiography Of Gamelan Bebonangan In Bali. Paramita: Historical Studies Journal, 30(1), 98–107. https://doi.org/10.15294/paramita.v30i1.18480
Santosa, H. (2017). Gamelan Perang di Bali Abad ke-10 Sampai Awal Abad ke-21. Sumedang: Universitas Padjadjaran.
Santosa, H. (2020). EVOLUSI GAMELAN BALI: Dari Banjuran Menuju Adi Merdangga (Cetakan 1). Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar. http://repo.isi-dps.ac.id/3924/
Sugiartha, I. G. A. (2002). Gamelan Balaganjur Dari Ekspresi Lokal Ke Global (p. Volume1 No.1 Juli). Bheri Jurnal ilmiah Musik Nusantara.
Sugiartha, I. G. A. (2012). Kreativitas Musik Bali Garapan Baru Perspektif Cultural Studies. Institut Seni Indonesia UPT Penerbit.
Sukandarrumidi. (2006). Metodologi Penelitian Petunjuk Praktis untuk Peneliti Pemula. Gadjah Mada University Press.
Sugiono. (2018). Metode Penelitian Kualitatif, Kuntitatif, dan R&D. PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Suharta, I. W. (2007). Makna Balaganjur Dalam Aktivitas Sosial masyarakat Bali dalam Mudra Jurnal Seni Budaya, (p. Volume 20). Institut Seni Indonesia Denpasar.