Introduction to “Achromatic” Karawitan Artwork | Pengantar Karya Seni Karawitan “Achromatic”
DOI:
https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i2.214Kata Kunci:
Achromatic, Semarandana, EkspresionismeAbstrak
Karya seni karawitan Achromatic mengacu pada konsep garap karya kreativitas gamelan. Dalam penciptaan karya ini bukan berarti terputus dari akar tradisi, melainkan musik yang diciptakan sebagai hasil perkembangan tradisi sampai saat ini. Pada garapan karya seni karawitan ini penata menggunakan media ungkap bagian dari gamelan semarandana, yang terdiri dari: kajar, dua tungguh gangsa dan kantil, dua tungguh jublag dan jegog. Menurut penata instrument yang dipilih dalam garapan ini sangat tepat untuk mentransformasikan ke dalam konsep garap, seperti menggunakan perpaduan karakter suara berbeda dari setiap instrument, sama halnya dengan penggunaan perpaduan warna dalam lukisan aliran Ekspresionisme yang disebut dengan Achromatic. Proses kreativitas garapan komposisi yang penata terapkan mengacu pada tiga tahapan dalam berkarya seni yaitu tahap penjajagan (eksplorasi), tahap percobaan (improvisasi), tahap pembentukan (forming). Tujuan merupakan sasaran dalam melaksanakan kegiatan tertentu. Adapun tujuan dari skrip karya ini adalah untuk mentransformasikan konsep aliran lukis Ekspresionisme ke dalam garapan karya seni karawitan yang berjudul Achromatic yang terbentuk dari perpaduan ekspresi penata dan perpaduan hasil dari karakter suara antara bilah dan pencon pada setiap instrument yang digunakan, sebagai inspirasi dalam kehidupan, khususnya para seniman, bahwa setiap perasaan yang dirasakan pada saat kapanpun perasaan tersebut bisa dijadikan sebuah karya seni.
Unduhan
Referensi
A.A.M.Djelantik. 1999. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Arya Sugiartha. 2012. Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru Perspektif Cultural Studies. Denpasar: UPT Penerbitan ISI Denpasar.
Aryasa, IWM W.M. Dkk. 1985. Pengetahuan Karawitan Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bali.
Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali. Denpasar: ASTI Denpasar.
———. 1987. Ubit-Ubitan Sebuah Teknik Gamelan Bali. Denpasar: Sekolah Tinggi Seni Indonesia Denpasar.
———. 2013. Gamelan Bali Diatas Panggung Sejarah. Denpasar: BP. STIKOM BALI.
Banoe, Ponoe. 2003. Kamus Musik. Yogyakarta: Kanisius.
Kartika, Dharsono Sony. 2004. Seni Rupa Modern. Bandung: Rekayasa Sains.
Putu Paristha Prakasih, Hendra Santosa, I Gede Yudarta et al. 2018. “Tirtha Campuhan: Karya Komposisi Baru Dengan Media Gamelan Semar Pagulingan.” Resital: Jurnal Seni Pertunjukan 19(3): 113–21. http://journal.isi.ac.id/index.php/resital/article/view/2452.
Santosa, Hendra; Saptono. 2016. “Gamelan Sistem Sepuluh Nada Dalam Satu Gembyang Untuk Olah Kreativitas Karawitan Bali.” Pantun 1(2): 85–96. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/pantun/article/view/747.
Saptono, Tri Haryanto, and Dru Hendro. 2019. “Greng Sebuah Estetika Dalam Kerampakan Antara Gamelan Dan Vokal.” KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan 5(1): 29–38.
Sukerta, Pande Made. 2009. GONG KEBYAR BULELENG: Perubahan Dan Keberlanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta: Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press Surakarta.
Suweca, I Wayan. 2009. Estetika Karawitan. Denpasar: Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia Denpasar.
Tenzer, Michael. 1998. Balinese Music. Periplus Edition, (HK) Ltd.