Improving the Skills of the Children of Central Singapadu Village through Balaganjur and Gong Kebyar Training | Meningkatkan Keterampilan Anak-Anak Desa Singapadu Tengah Melalui Pelatihan Balaganjur dan Gong Kebyar
DOI:
https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i4.2591Kata Kunci:
Tabuh Gilak Sasak, Tabuh Gilak Balaganjur, Sekaa Gong, Singapadu TengahAbstrak
Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKNT) adalah salah satu program dari MBKM (Merdeka Belajar-Kampus Merdeka). Kegiatan KKNT ini bagian intrakurikuler kampus yang menerapkan prinsip Tri Dharma perguruan tinggi. Di dalam hal ini KKNT merupakan jembatan dalam prakteknya yang penulis laksanakan di Desa Singapadu Tengah Kabupaten Gianyar sebagai mitra dengan tujuan menambah pengalaman untuk mengasah kemampuan bermasyarakat serta memberi motivasi dan inovasi dalam masyarakat di bidang seni khususnya di bidang seni karawitan untuk para generasi anak-anak muda dengan membentuk,membina tabuh gilak pada Gong Kebyar dan Balaganjur. Balaganjur berasal dari kata “Bala” dan “Ganjur”. Bala berarti pasukan atau barisan, Ganjur berarti berjalan. Jadi, Balaganjur yang kemudian menjadi Balaganjur memiliki arti suatu pasukan atau barisan yang sedang berjalan dengan iringan musik barungan gamelan. Balaganjur adalah sebuah musikensambleyang merupakan perkembangan dari Gamelan Bonang atau Bebonangan. Baik dari segi instrumennya maupun komposisi lagu-lagunya. Gamelan Gong Kebyar sebagai seni musik tradisional Bali dalam sejarahnya yang ditulis babad Bali, Gong Kebyar diperkirakan muncul di Singaraja pada tahun 1915. Desa yang sebut-sebut sebagai asal pemunculan Gong Kebyar adalah Jagaraga (Buleleng) yang juga memulai tradisi Tari Kebyar.
Unduhan
Referensi
Aditya Putra, I. K., Santosa, H., & Sudirga, I. K. (2020). The Concept of Balance at Sekati Ririg Gending in Tejakula, Buleleng Regency. Harmonia: Journal of Arts Research and Education, 20(2), 183–194. https://doi.org/10.15294/harmonia.v20i2.25412
Bandem, I. M. (2013). Gamelan Bali Diatas Panggung Sejarah. Stikom Denpasar. https://books.google.co.id/books/about/Gamelan_Bali_di_atas_panggung_sejarah.html?id=_lLmoAEACAAJ&redir_esc=y
Bayu Wedanta, I. K. (2023). epanggulan Creative Percussion “Labuhan Agni” | Tabuh Kreasi Pepanggulan “Labuhan Agni.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 3(2), 146–152. https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v3i2.1362
Bhumi, I. M. B. P. H. S. (2019). Pelatihan Gender Wayang Pada Generasi Muda Bali Untuk Melawan Dampak Negatif Kemajuan Teknologi. KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 5(2), 99–105. https://doi.org/https://doi.org/10.31091/kalangwan.v5i2.777
Dibia, I. W. (2020). Panca Sthiti Ngawi Sani Metodelogi Penciptaan Seni. BP ISI Denpasar.
Gita, G. R. S., & Sujayanthi, N. W. M. (2023). Musical Composition “Sedimentasi” | Komposisi Karawitan “Sedimentasi.” GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 1(1), 20–28. https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i1.148
Santosa, H. (2017). Gamelan Perang di Bali Abad ke-10 Sampai Awal Abad ke-21. Sumedang: Universitas Padjadjaran.
Santosa, H. (2018). Gamelan Banjuran, Perubahan dan Kelanjutannya. Seminar Nasional Agama, Adat, Seni Dan Sejarah Di Zaman Milenial, 135–146.
Santosa, H. (2020). EVOLUSI GAMELAN BALI: Dari Banjuran Menuju Adi Merdangga (Cetakan 1). Pusat Penerbitan LP2MPP Institut Seni Indonesia Denpasar. http://repo.isi-dps.ac.id/3924/
Santosa, H., Saptono, & Sutirtha, I. W. (2022). I Nyoman Windha Sang Maestro Karawitan Bali (Abdul (ed.)). Penerbit Adab. http://repo.isi-dps.ac.id/5100/
Sugiartha, I. G. A. (2015). Bentuk dan Konsep Estetik Musik Tradisonal Bali. Panggung, 25(1), 46–60. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/view/14/18
Yunadika, D., & Muryana, I. K. (2023). Pucuk Bang, A Balinese Musical Composition Komposisi | Pucuk Bang, Sebuah Komposisi Karawitan Bali. GHURNITA: Jurnal Seni Karawitan, 1(3), 188. https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i3.370