Ngunying From Ritual To Music Composition | Ngunying Dari Ritual Menjadi Kompoisisi Musik
DOI:
https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i2.211Kata Kunci:
Ngunying, Ritual, Komposisi MusikAbstrak
“Ngunying” merupakan suatu bentuk tradisi sakral yang tumbuh dan berkembang ditengah kehidupan sosio-kultural masyarakat Kabupaten Bangli. Ngunying adalah suatu ritual sebagai wujud persembahan masyarakat di Desa Bebalang terhadap Sang Hyang Widhi Wasa. Tradisi ngunying merupakan penugrahan oleh Ida Betara Durga, dikarenakan tradisi ngunying tersebut mampu dijadikan sebagai penetralisir alam semesta dari gangguan para bhuta kala. Diyakini setelah pelaksanaan prosesi ini masyarakat akan mendapatkan ketentraman, keseimbangan, dan keharmonisan dalam desa tersebut.. Tradisi Ngunying sebagai upacara ritual dan sakral menarik untuk ditransformasikian menjadi sebuah komposisi musik. Dalam konteks itulah, komposisi musik dengan judul “Ngunying” ini diciptakan untuk keperluan ujian Tugas Akhir pada Program Studi Seni Karawitan Fakultas Seni Pertunjukan ISI Denpasar. Semester genap tahun akademik 2020/2021.. Garapan ini berupa tabuh pategak bebarongan kreasi dengan media ungkap gamelan semar pagulingan saih pitu. Mengingat situasi pandemi Covis-19, maka. Garapan ini menggunakan sample nada gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu yang kemudian diproses, diolah atau dituangkan ke dalam aplikasi multimedia FL Studio dan Cubade 5.
Unduhan
Referensi
A.A.M.Djelantik (1999) Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).
Alit, B. (2013) ‘Tabuh Petegak Bebarongan Buda Kecapi’. Gianyar: Sanggar Bona Alit.
Arya Sugiartha (2012) Kreatifitas Musik Bali Garapan Baru Perspektif Cultural Studies. Denpasar: UPT Penerbitan ISI Denpasar.
Garwa, I. K. (2009) Buku Ajar Komposisi Karawitan IV. Denpasar: Institut Seni Indonesia.
Hawkins, A. (2003) Creating Through Dance (Terjemahan, Sumandyo Hadi). Yogyakarta.
Made Putra Adnyana, I Gede Yudarta, H. S. (2019) ‘Patra Dalung, Sebuah Komposisi Karawitan Bali Yang Lahir Dari Fenomena Sosial Di Desa Dalung’, Kalangwan: Jurnal Seni Pertunjukan, 5(1), pp. 61–67. Available at: https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/kalangwan/article/view/670.
Musna, W. (1994) Kamus Agama Hindu. D: Upada Sastra.
Partana (2015) ‘Tabuh Petegak Bebarongan Banaspati’. Badung: Pemda Badung.
Putra, I. K. A. G. A. S. N. M. A. I. K. A. (2019) ‘Struktur Melodi Dan Gagebug Pada Gending Sekati Ririg Cenik Di Desa Adat Tejakula Kabupaten Buleleng’, Kajian Seni, 06(1), pp. 81–90. doi: 10.22146/jksks.52057.
Putra, I. K. A., Santosa, H. and Sudirga, I. K. (2020) ‘The Concept of Balance at Sekati Ririg Gending in Tejakula , Buleleng Regency’, HARMONIA jurnal Arts Of Research and Education, 20(2), pp. 183–194. doi: 10.15294/harmonia.v20i2.25412.
Sadguna, I. G. M. I. (2010) Kendang Bebarongan Dalam Karawitan Bali Sebuah Kajian Organologi. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).
Santosa, H. (2005) Pengetahuan Multimedia Jilid 1. Denpasar.
Saptono, Haryanto, T. and Hendro, D. (2019) ‘Greng Sebuah Estetika Dalam Kerampakan Antara Gamelan dan Vokal’, KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan, 5(1), pp. 29–38.
Suastika, I Gede Putu. Sudiana, I Nyoman. Sudhana, I. K. (2020) ‘Manis Batu Sebuah Garapan Kreasi Baru Gamelan Semar Pagulingan Saih Pitu’, Segara Widya, 8(1), pp. 1–12. Available at: https://jurnal.isi-dps.ac.id/index.php/segarawidya/article/view/1046.
Sukerta, P. M. (2010) Tetabuhan Bali I. Surakarta: ISI Press Surakarta.
Wirawan, I. W. A. (2018) ‘Tabuh Pategak Bebarongan Uyang-uyang’. Denpasar: ISI Denpasar.