Ngelukat Mala : Metafora Tradisi Sapuh Leger Dalam Busana Bergaya Exotic Dramatic

Authors

  • Desak Ketut Devi Suprapti Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Nyoman Dewi Pebryani Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Anak Agung Ngurah Anom Mayun Konte Tenaya Institut Seni Indonesia Denpasar

Keywords:

Tradisi Sapuh Leger, Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, Haute Couture

Abstract

Tradisi sapuh leger adalah suatu ritual dengan menggunakan sarana pertunjukan wayang yang bertujuan untuk pembersihan atau penyucian diri seseorang akibat tercemar atau kotor secara rohani.Keunikan tradisi sapuh leger ini menjadikan inspirasi  sebagai ide pemantik dalam menciptakan karya busana Ready to wear, Ready to wear deluxe, dan haute couture yang ditunjukan untuk mewujudkan busana bergaya exotic dramatic yang akan berkolaborasi dengan mitra Pertenunan Astiti. Tradisi sapuh leger diimplementasikan secara metafora dan kata kunci terpilih yaitu : Kekayonan, toya panglukatan, wayang, siklus kehidupan, dewa kala. Metode penciptaan yang digunakan terdiri dari delapan tahapan penciptaan "frangipani" meliputi: Desain brief, Research and sourcing, design development, sample, prototype, final collection, promoting, branding. Hasil penciptaan ini diharapkan dapat memperkenalkan budaya lokal melalui desain fashion dan dapat menambah kepustakaan di bidang fashion dengan teori metafora tradisi sapuh leger yang diimplementasikan ke dalam busana bergaya exotic dramatic.

Downloads

Published

2023-09-30

How to Cite

Suprapti, D. K. D. ., Pebryani, N. D., & Konte Tenaya, A. A. N. A. M. (2023). Ngelukat Mala : Metafora Tradisi Sapuh Leger Dalam Busana Bergaya Exotic Dramatic. BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design, 3(2), 142–154. Retrieved from https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/2830

Issue

Section

Articles