YUMANA LAWU METAFORA LABUHAN ALIT DALAM BUSANA URBAN EDGY

Authors

  • Ni Made Budiawati Institut Seni Indonesia Denpasar
  • A.A. Ngurah Anom Mayun K. Tenaya Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Ni Putu Darmara Pradnya Paramita Institut Seni Indonesia Denpasar

Keywords:

Labuhan Alit, Urban Egdy, Metafora, Frangipani, Tradisi

Abstract

Yumana Lawu disesuaikan dengan makna dari Tradisi Labuhan Alit yaitu upacara labuhan yang dilakukan ke Gunung Merapi, Pantai Parangkusumo, dan Gunung Lawu yang dilakukan oleh Keraton Yogyakarta sebagai pelestarian tradisi yang telah diwariskan oleh para leluhurnya. Penamaan upacara tersebut berkaitan dengan kegiatan yang dilaksanakan, yaitu: kata labuhan berasal dari kata dasar labuh yang berarti "dalam keadaan turun atau tergantung ke bawah seperti kelambu, tali jangkar, tirai, atau layar panggung". Labuhan Alit mengandung nilai kearifan lokal dan juga nilai filosofi yang menyangkut aspek-aspek penting dalam  kehidupan  manusia  menjadi  inspirasi  penulis  dalam menciptakan karya dengan proses penciptaan frangipani. Frangipani merupakan tahapan penciptaan karya diterapkan kedalam tiga kategori yaitu busana ready to wear, ready to wear deluxe, dan haute couture. Menggunakan pendekatan metafora dengan gaya urban egdy yang merupakan penggabungan antara kesan klasik namun tetap elegan yang kemudian disimpulkan menjadi karya yang berjudul Yumana Lawu.

Downloads

Published

2024-08-30

How to Cite

Ni Made Budiawati, K. Tenaya, A. N. A. M., & Pradnya Paramita, N. P. D. (2024). YUMANA LAWU METAFORA LABUHAN ALIT DALAM BUSANA URBAN EDGY. BHUMIDEVI: Journal of Fashion Design, 4(2), 101–107. Retrieved from https://jurnal2.isi-dps.ac.id/index.php/bhumidevi/article/view/4418

Issue

Section

Articles