Analogi Akulturasi Budaya Pada Masjid Merah Panjunan Dalam Koleksi Busana Amatris Manunggal

Authors

  • Sabiya Shula Widya Institut Seni Indonesia Bali
  • Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana Institut Seni Indonesia Bali
  • Made Tiartini Mudarahayu Institut Seni Indonesia Bali

DOI:

https://doi.org/10.59997/bhumidevi.v5i1.5900

Keywords:

Masjid Merah Panjunan, Mega Mendung, Pewarna Alam, Pewarna Sintetis

Abstract

Arsitektur Masjid Merah Panjunan tidak hanya sekadar bangunan tempat ibadah, tetapi juga sebuah artefak budaya yang memiliki nilai seni dan sejarah tinggi. Masjid ini didirikan pada tahun 1480 oleh Pangeran Panjunan, seorang ulama keturunan Arab yang juga dikenal sebagai salah satu penyebar agama Islam di wilayah tersebut. Ciri khas masjid ini adalah penggunaan batu bata merah pada dindingnya. Selain itu, masjid ini juga mencerminkan perpaduan budaya antara Hindu-Buddha, Islam, Cina dan tradisi lokal, sebagaimana terlihat dari ornamen - ornamen yang menghiasi bangunannya. Masjid Merah Panjunan dipilih sebagai inspirasi utama dalam penciptaan karya busana Ready to Wear, Ready to Wear Deluxe, dan Semi Couture dengan mengusung tren fashion bertema spirituality melalui pendekatan gaya ungkap analogi yang berlandaskan kata kunci terpilih. Proses penciptaan koleksi ini menggunakan metode FRANGIPANI yang dikembangkan oleh Dr. Tjok Istri Ratna Cora Sudharsana. Melalui karya ini, diharapkan makna filosofis dari arsitektur Masjid Merah Panjunan yang kaya dengan nilai akulturasi budaya dapat dikenalkan dan diapresiasi lebih luas.

Downloads

Published

2025-08-11

Issue

Section

Articles