Music Composition Bebarongan “Cepuk” | Tabuh Petegak Bebarongan “Cepuk”

Penulis

  • i ketut muryana Institut Seni Indonesia Denpasar
  • Sukarta Institut Seni Indonesia Denpasar

DOI:

https://doi.org/10.59997/jurnalsenikarawitan.v1i1.150

Kata Kunci:

Petegak, Bebarongan, Gamelan, Bali

Abstrak

Komposisi musik ini bertujuan untuk menuangkan daya krativitas, serta potensi dalam berkesenian melalui penggarapan komposisi karawitan guna menciptakan karya bermutu dan barkualitas. Cepuk merupakan produk kerajinan tenun ikat dari masyarakat Banjar Tanglad Nusa Penida, kain tenun ini dulunya hanya diperuntukan sebagai wastra dan kampuh pada bangunan-bangunan suci dan kamben bagi masyarakat yang melakukan ritual khusus di wilayah Desa Tanglad. Kain tenun ‘cepuk’ terdiri dari beberapa jenis, masing-masing jenis memiliki unsur magis dan kegunaan yang berbeda dalam upacara keagamaan yakni; cepuk ngawis, kain tenun yang dipakai saat upacara pitra yadnya (ngaben), cepuk tangi gede kain tenun yang dipakai oleh anak tengah yang seluruh kakak dan adiknya meninggal (upacara ngaben), cepuk liking Paku dipakai oleh laki-laki pada saat upacara potong gigi, cepuk kecubung dipakai oleh perempuan saat upacara potong gigi, cepuk sudamala yakni kain tenun cepuk yang dipakai saat membersihkan diri, dan yang terakhir cepuk kurung merupakan kain cepuk yang digunakan pada hari-hari biasa. Cepuk pada realisasi karya, diwujudkan dalam bentuk tabuh petegak bebarongan, dengan menggunakan konsep Tri Angga, Pengawit (kepala), pengawak (badan), dan pengecet (kaki). Media yang digunakan dalam karya ini adalah gong kebyar. Karya ini disajikan di gedung Natya Mandala ISI Denpasar oleh 21 pendukung dari Sekaa Gong Giri Kertha Yasa, Banjar Tanglad Nusa Penida, dengan durasi waktu14 menit.

Unduhan

Data unduhan belum tersedia.

Referensi

A.A.M.Djelantik. 1999. Estetika: Sebuah Pengantar. Bandung: Masyarakat Seni Pertunjukan Indonesia (MSPI).

Aryasa, IWM W.M. Dkk. 1985. Pengetahuan Karawitan Bali. Denpasar: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Bali.

Bandem, I Made. 1986. Prakempa Sebuah Lontar Gambelan Bali. Denpasar: ASTI Denpasar.

Hawkins, Alma M. 2003. Mencipta Lewat Tari. Terj. Y. Sumandiyo Hadi. Yogyakarta: Manthili.

Pardita, I Made Kayika. 2015. “Skrip Karya Seni Bebarongan Gringsing.” Institut Seni Indonesia Denpasar.

Sadguna, I Gede Made Indra. 2010. Kendang Bebarongan Dalam Karawitan Bali Sebuah Kajian Organologi. Yogyakarta: KANISIUS (Anggota IKAPI).

Santosa, Hendra; Saptono. 2016. “Gamelan Sistem Sepuluh Nada Dalam Satu Gembyang Untuk Olah Kreativitas Karawitan Bali.” Pantun 1(2): 85–96. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/pantun/article/view/747.

Saptono, Tri Haryanto, and Dru Hendro. 2019. “Greng Sebuah Estetika Dalam Kerampakan Antara Gamelan Dan Vokal.” KALANGWAN Jurnal Seni Pertunjukan 5(1): 29–38.

Sugiartha, I Gede Arya. 2015. “Pergulatan Ideologi Dalam Penciptaan Musik Kontemporer Bali.” Panggung 25(2): 121–36. https://jurnal.isbi.ac.id/index.php/panggung/article/view/3/5.

Sukerta, Pande Made. 2009. GONG KEBYAR BULELENG: Perubahan Dan Keberlanjutan Tradisi Gong Kebyar. Surakarta: Program Pascasarjana bekerjasama dengan ISI Press Surakarta.

Vitale, Wayne. 2002. “Balinese Kebyar Music Breaks the Five-Tone Barrier: New Composition for Seven-Tone Gamelan, Perspective of New Music.” Jstor 40(1): 5–69.

Yasa, I Gede Yoga. 2015. “Skrip Karya Seni Rangrang.” ISI Denpasar.

Yasa, I Ketut. 2018. “Angsel-Angsel Dalam Gong Kebyar.” Mudra Jurnal Seni Budaya 33(1): 85.

##submission.downloads##

Diterbitkan

2023-06-23

Terbitan

Bagian

Articles